MATERI TEORI
ANALISA OUTPUT
RANGKAIAN LOGIKA
Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menganalisa output rangkaian logika menggunakan teorema aljabar bolean
Materi
1. Pendahuluan ( 3 - 1 )
2. Teorema Aljabar Bolean ( 3 - 3 )
3. Teorema Demorgan ( 3 - 3 )
4. Teorema Multivariabel ( 3 - 4 )
5. Operasi Logic OR ( 3 - 5 )
6. Operasi Logic AND ( 3 - 5 )
7. Soal Latihan ( 3 - 7 )
8. Ekivalen Gate Logika NAND ( 3 - 8 )
9. Ekivalen gate Logika NOR ( 3 - 9 )
10 Pemakaian IC gate logika Dasar dalam rangkaian logika ( 3 - 11 )
1. Pendahuluan
Alat–alat digital dan rangkaian digital bekerja dalam system bilangan biner, yaitu semua variable rangkaian adalah satu atau nol. Karakteristik dari alat digital ini membuatnya mungkin menggunakan aljabar bolean sebagai suatu alat matematik untuk menganalisa dan mendesain rangkaian dan system digital.
Perbedaan utama antara aljabar bolean dan aljabar biasa adalah bahwa dalam aljabar bolean konstanta-konstanta dan variabelnya hanya dimungkinkan mempunyai dua harga yaitu 0 dan 1
Istilah yang digunakan secara sinonim untuk menyatakan bilangan yang sebenarnya adalah Logic - 0 dan logic -1 adalah
Salah (false) Benar ( true)
Mati ( OFF) Hidup (ON)
Tidak( NO) Ya (yes)
Terbuka (Open) Tertutup (close)
Contoh rangkaian dan menganalisa output rangkaian
Jika A = 1 , B = 0 C = 1 D = 0
Maka
X = A B + B C + C D
X = 1.0 + 1.1 + 0. 0
X = 1
2. Teorema Aljabar Bolean
3. Teorema Demorgan
A + B = A . B
A . B = A + B
A. B + A B = B
Kesimpulan
A + 1 = 1
A + 0 = A
A + A = A
A + A = 1
A . 1 = A
A . 0 = 0
A . A = A
A . A = 0
4. Teorema Multivariabel
A. B + A B = B
( X + Y) = X . Y
( X . Y ) = X + Y
5. Operasi OR
Misalkan A dan B menyatakan dua variable logika bebas , apabila A dan B dikombinasikan dengan menggunakan operasi OR, hasilnya x dapat dinyatakan sebagai berikut : X= A + B
Teorema Boleaan berkaitan dengan operasi OR adalah :
X+0 = X
X+1 = 1
X+X = X
X+ = 1
Teorema Multivariabel :
X + Y = Y + X
X+(Y+Z)=(X+Y)+Z= X+Y+Z
X+XY=X
6. Operasi AND
Misalkan A dan B menyatakan dua variable logika bebas , apabila A dan B dikombinasikan dengan menggunakan operasi AND, hasilnya x dapat dinyatakan sebagai berikut : X= A . B
Teorema Boleaan berkaitan dengan operasi AND adalah
X .0 = 0
X .1 = X
X .X = X
Teorema Multivariabel :
X.Y = Y.X
X(YZ)=(XY)Z=XYZ
Teorema Demorgan
Menguraikan Rangkaian Logika Secara Aljabar
Penyelesaian :
X1 = A.B + C
X2 =
Misalkan :
A = 1, B = 1, C = 0 maka X1 = 1
A = 0, B = 1, C = 1, D = 0 maka X2 = 0
7. Soal Latihan :
7.1 Tulislah Ekpresi Boolean untuk output X pada gambar dibawah ini. Tentukanlah semua harga X untuk semua keadaan input yang mungkin dan tulislah dalam suatu truth table.
(a)
(b)
7.2 Tentukanlah level output dari rangkaian gambar a dan b untuk kasus berikut ini :
1. A= 1 B=0
2. A=1 B=0 C=1
7.3 Untuk Ekspresi berikut in, susunlah rangkaian logika yang sesuai, dengan menggunakan AND Gate, OR gate dan inverter
1. X =
2. Z=
3. Y=
4. Sederhanakanlah ekspresi berikut :
Y =
Z =
8. Ekivalen Gate Logika NAND
Gerbang NAND dapat dibentuk dari gerbang AND dengan output dinvers
Dapat dibentuk dengan gerbang OR, kedua input diberi inverter
9. Ekivalen gate Logika NOR
Dapat dibentuk dari gerbang OR, dengan output di invers
Dapat dibentuk dengan gerbang AND, kedua input diberi inverter
9.1 Persamaan Output NOR
9.2 Rangkaian Ekivalen EX -OR
Output X
A B + A B
9.3 Rangkaian Ekivalen EX NOR
Output X
A B + A B
10. Pemakaian IC gate logika Dasar dalam rangkaian logika
10.1 Rangkaiain menggunakan IC TTL Gerbang AND
Contoh -1
Rangkaiain menggunakan IC TTL Gerbang OR
Contoh -2
Rangkaian Menggunakan IC CMOS Gate AND
Contoh - 3
Rangkaian Menggunakan IC CMOS Gate OR
Contoh -5
Rangkaian IC TTL Gerbang NAND
Contoh – 6
Rangkaian Menggunakan IC TTL NOR , Untuk IC TTL 7425 gerbang NOR, Input IG dihubungkan ke VCC ( Eable )
Contoh -7
Rangkaian EX-OR menggunakan IC TTL 7486
Rangkaian Ekivalen EX-NOR
Contoh - 8
Rangkaian EX-NOR menggunakan IC TTL 74266
11. Rangkaian percobaan
Output LED akan hidup atau berlogika satu jika kedua input A dan B berlogika satu atau Input A logika satu sedangkan B berlogika 0 Kemudian Output akan berlogika 0 jika input A logika 0 dan B logika 1
Jumat
GATE LOGIKA DASAR
MATERI TEORI
GATE LOGIKA DASAR
Tujuan :
• Mahasiswa dapat menyebutkan berbagai jenis Gate Logika dasar, simbol dan truth tabel
• Mahasiswa dapat mengetahui dan menggambarkan Pin Diagran IC logika ( IC TTL dan CMOS )
• Mahasiswa dapat menganalisa Output rangkaian Logika Dasar
• Mahasiswa dapat menggunakan IC gate logika Dasar dalam rangkaian logika
Materi :
1. Berbagai Jenis Gate Logika dasar, simbol dan truth tabel ( 2-1 )
2. Pin Diagran IC logika ( IC TTL dan CMOS ) ( 2-7 )
Uraian Materi
1. Berbagai jenis Gate Logika dasar, simbol dan truth tabel
1.1 Symbol yang digunakan untuk menunjukan gate logika adalah :
• Tradisional Simbol
• ANSI & IEEE Standard Logic Symbols
American National Standards Instiutute ( ANSI ),
Electrical and Electronic Engineers Standard Institute ( IEEE )
• AND
• OR
• INVERTER
• NAND
• NOR
• EX-OR
• EX-NOR
1.2 Truth Table Gate logika AND dan Ekivalen
B A X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Gate ( Gerbang ) Logika AND adalah gerbang yang akan memberikan keluaran ( output ) berlogika 1 bila semua inputnya diberikan logika 1, dan akan memberikan keluaran logika 0 jika satu diantara inputnya berlogika 0
Ekivalen
1.3 Truth Table Gate logika OR dan Ekivalen
Truth Table Gate logika OR
B A X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Gate ( Gerbang ) Logika OR adalah gerbang yang akan memberikan keluaran ( output ) berlogika 1 bila satu diantara inputnya atau semua input berlogika satu, dan akan memberikan keluaran ( output ) berlogika 0 bila semua inputnya diberikan logika 0.
Ekivalen
1.4 Truth Table Gate logika NOT dan Ekivalen
A X
0 1
1 0
Gate ( Gerbang ) Logika NOT adalah gerbang yang akan mempunyai satu masukan dan satu keluaran, dimana keluarannya selalu berlawanan dengan masukannya. Jika input 0 maka outputnya 0 atau sebaliknya jika input 1 maka output logika 0
Ekivalen
1.5 Truth Table Gate logika NAND
B A X
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Jika semua input diberikan logika 1, maka output akan berlogika 0, untuk kondisi yang lain output akan berlogika 1
1. 6 Truth Table Gate logika NOR
B A X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Penjelasan
Jika semua input diberikan logika 0, maka output akan berlogika 1, untuk kondisi yang lain output akan berlogika 0
1.7 Truth table Gate Logika EX-OR
B A X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Output dari gerbang Ex-OR akan berlogika 1 jika kedua inputnya berbeda, sedangkan untuk kondisi yang lain outputnya akan nol.
1.8 Truth table Gate Logika Ex-NOR
B A X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Output dari gerbang Ex-NOR akan berlogika 1 jika kedua inputnya sama , sedangkan untuk kondisi yang lain outputnya akan nol.
2. Pin Diagran IC logika ( IC TTL dan CMOS )
2.1 Pin diagram Gate Logika AND TTL
Perhatikan pin diagram IC 7408, didalam IC tersebut terdapat empat fungsi AND gate dua input . Sebagai input adalah A dan B, sedangkan outputnya adalah Y ( Contoh : Input 1A,1B, Output 1Y Input 2A,2B, Output 2Y )
2.2 Pin Diagram IC logika AND MOS
Perhatikan pin diagram IC 4073, didalam IC tersebut terdapat tiga fungsi AND gate tiga input . Sebagai input adalah I , sedangkan outputnya adalah O
Contoh
Input I1, I2,I3 Output O1
Input I4, I5,I6 Output O2
Input I7, I8,I9 Output O2
2.3 Pin diagram Gate Logika OR IC TTL
Perhatikan pin diagram IC 7408, didalam IC tersebut terdapat empat fungsi OR gate dua input . Sebagai input adalah A dan B, sedangkan outputnya adalah Y
Contoh
Input 1A,1B, Output 1Y
Input 2A,2B, Output 2Y
Input 3A,3B, Output 3Y
Input 4A,4B, Output 4Y
Pin Diagram IC logika OR IC CMOS
2.4 Pin diagram Gate Logika Inverter IC TTL
2.5 Pin Diagram IC logika Inverter IC MOS
2.6 Pin Diagram IC TTL NAND Gate
2.7 Pin Diagram IC TTL Gerbang NOR
2.8 Pin diagram Gate Logika Ex-OR, IC TTL dan CMOS
2.9 Pin diagram Gate Logika EX-NOR, IC TTL dan CMOS
GATE LOGIKA DASAR
Tujuan :
• Mahasiswa dapat menyebutkan berbagai jenis Gate Logika dasar, simbol dan truth tabel
• Mahasiswa dapat mengetahui dan menggambarkan Pin Diagran IC logika ( IC TTL dan CMOS )
• Mahasiswa dapat menganalisa Output rangkaian Logika Dasar
• Mahasiswa dapat menggunakan IC gate logika Dasar dalam rangkaian logika
Materi :
1. Berbagai Jenis Gate Logika dasar, simbol dan truth tabel ( 2-1 )
2. Pin Diagran IC logika ( IC TTL dan CMOS ) ( 2-7 )
Uraian Materi
1. Berbagai jenis Gate Logika dasar, simbol dan truth tabel
1.1 Symbol yang digunakan untuk menunjukan gate logika adalah :
• Tradisional Simbol
• ANSI & IEEE Standard Logic Symbols
American National Standards Instiutute ( ANSI ),
Electrical and Electronic Engineers Standard Institute ( IEEE )
• AND
• OR
• INVERTER
• NAND
• NOR
• EX-OR
• EX-NOR
1.2 Truth Table Gate logika AND dan Ekivalen
B A X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Gate ( Gerbang ) Logika AND adalah gerbang yang akan memberikan keluaran ( output ) berlogika 1 bila semua inputnya diberikan logika 1, dan akan memberikan keluaran logika 0 jika satu diantara inputnya berlogika 0
Ekivalen
1.3 Truth Table Gate logika OR dan Ekivalen
Truth Table Gate logika OR
B A X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Gate ( Gerbang ) Logika OR adalah gerbang yang akan memberikan keluaran ( output ) berlogika 1 bila satu diantara inputnya atau semua input berlogika satu, dan akan memberikan keluaran ( output ) berlogika 0 bila semua inputnya diberikan logika 0.
Ekivalen
1.4 Truth Table Gate logika NOT dan Ekivalen
A X
0 1
1 0
Gate ( Gerbang ) Logika NOT adalah gerbang yang akan mempunyai satu masukan dan satu keluaran, dimana keluarannya selalu berlawanan dengan masukannya. Jika input 0 maka outputnya 0 atau sebaliknya jika input 1 maka output logika 0
Ekivalen
1.5 Truth Table Gate logika NAND
B A X
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Jika semua input diberikan logika 1, maka output akan berlogika 0, untuk kondisi yang lain output akan berlogika 1
1. 6 Truth Table Gate logika NOR
B A X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Penjelasan
Jika semua input diberikan logika 0, maka output akan berlogika 1, untuk kondisi yang lain output akan berlogika 0
1.7 Truth table Gate Logika EX-OR
B A X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Output dari gerbang Ex-OR akan berlogika 1 jika kedua inputnya berbeda, sedangkan untuk kondisi yang lain outputnya akan nol.
1.8 Truth table Gate Logika Ex-NOR
B A X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Output dari gerbang Ex-NOR akan berlogika 1 jika kedua inputnya sama , sedangkan untuk kondisi yang lain outputnya akan nol.
2. Pin Diagran IC logika ( IC TTL dan CMOS )
2.1 Pin diagram Gate Logika AND TTL
Perhatikan pin diagram IC 7408, didalam IC tersebut terdapat empat fungsi AND gate dua input . Sebagai input adalah A dan B, sedangkan outputnya adalah Y ( Contoh : Input 1A,1B, Output 1Y Input 2A,2B, Output 2Y )
2.2 Pin Diagram IC logika AND MOS
Perhatikan pin diagram IC 4073, didalam IC tersebut terdapat tiga fungsi AND gate tiga input . Sebagai input adalah I , sedangkan outputnya adalah O
Contoh
Input I1, I2,I3 Output O1
Input I4, I5,I6 Output O2
Input I7, I8,I9 Output O2
2.3 Pin diagram Gate Logika OR IC TTL
Perhatikan pin diagram IC 7408, didalam IC tersebut terdapat empat fungsi OR gate dua input . Sebagai input adalah A dan B, sedangkan outputnya adalah Y
Contoh
Input 1A,1B, Output 1Y
Input 2A,2B, Output 2Y
Input 3A,3B, Output 3Y
Input 4A,4B, Output 4Y
Pin Diagram IC logika OR IC CMOS
2.4 Pin diagram Gate Logika Inverter IC TTL
2.5 Pin Diagram IC logika Inverter IC MOS
2.6 Pin Diagram IC TTL NAND Gate
2.7 Pin Diagram IC TTL Gerbang NOR
2.8 Pin diagram Gate Logika Ex-OR, IC TTL dan CMOS
2.9 Pin diagram Gate Logika EX-NOR, IC TTL dan CMOS
Sistem Bilangan
MATERI TEORI
SISTIM BILANGAN DAN KODE
Tujuan :
• Mahasiswa dapat mengetahui sistem bilangan dan kode.
• Mahasiswa dapat mengetahui konversi bilangan dan kode kedalam bilangan lainnya
• Mahasiswa dapat melakukan perhitungan arithmatik menggunakan sistem bilangan
• Mahasiswa dapat mengaplikasikan sistem bilangan dalam rangkaian Digital
Materi
1. Pendahuluan ( 1 - 1 )
2. Bilangan Decimal ( 1 - 3 )
• Konversi bilangan Decimal ke Biner
• Konversi bilangan Decimal ke Octal
• Konversi bilangan Decimal ke Hexadecimal
3. Bilangan Biner ( 1 - 4 )
• Konversi Bilangan Biner ke Decimal
• Konversi Bilangan Biner ke Octal
• Konversi Bilangan Biner ke hexadecimal
4. Bilangan Octal ( 1 - 5 )
• Konversi Bilangan Octal ke Decimal
• Konversi Bilangan Octal ke Biner
• Konversi Bilangan Octal ke Hexadecimal
5. Bilangan hexadecimal ( 1 - 6 )
• Konversi Bilangan hexadecimal ke Biner
• Konversi Bilangan hexadecimal ke Octal
• Konversi Bilangan hexadecimal ke Decimal
6. Kode Bilangan ( 1 - 6 )
• Kode Exces-3
• Kode Gray
• Kode BCD ( Binari Code Decimal )
• Kode ASCII
7. Operasi Arithmatik ( 1 - 8 )
• Operasi Penjumlahan
• Operasi Pengurangan
1. Pendahuluan
Dalam sistem-sistem digital informasi numeric dinyatakan dalam sistem bilangan dan pengkodean antara lain :
• Bilangan Biner ( bilangan dasar 2 )
• Bilangan Octal ( bilangan dasar 8 )
• Bilangan hexadecimal ( bilangan dasar 16 )
• Kode Gray
• Kode BCD
• Kode Excess-3
• ASCII Code
Contoh bilangan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut
Decimal Biner Octal Hexa Decimal
0 0000 00 00
1 0001 01 1
2 0010 02 2
3 0011 03 3
4 0100 04 4
5 0101 05 5
6 0110 06 6
7 0111 07 7
8 1000 10 8
9 1001 11 9
10 1010 12 A
11 1011 13 B
12 1100 14 C
13 1101 15 D
14 1110 16 E
15 1111 17 F
Contoh bilangan lainnya
25 (10) = 11001 (2) = 31 (8) = 19 (16 )
75 (10) = 1001011 (2) = 113 (8) = 4B (16 )
325 (10) = 101000101 (2) = 505 (8) = 145 (16 )
494 (10) = 111101110 (2) =756 (8) = 1EE (16 )
487 (10) = 111100111 (2) = 747 (8) = 1E7 (16 )
Dalam materi berikut akan dijelaskan pengetian bilangan, konversi bilangan menjadi bilangan lainnya, serta pemakaian dalamoperasi arithmatik.
2. Bilangan Decimal
Bilangan decimal adalah bilangan dengan bilangan dasar 10. Posisi dari bilangan decimal yang mengandung bit dapat diberikan contoh pada bagian berikut .
525 = 5 x 102 + 2 x 10 1 + 5 x 100
= 5 x 100 + 2 x 10 + 5 x 1
= 500 + 20 + 5
= 525
2.1 Konversi bilangan Decimal ke Biner
25 / 2 = 12 + sisa 1
12/ 2 = 6 + sisa 0
6/2 = 3 + sisa 0
3/2 = 1 + sisa 1
½ = 0 + sisa 1
25 Decimal = 1 1 0 0 1
2.2 Konversi bilangan Decimal ke Octal
46 / 8 = 5 + sisa 6
5 / 8 = 0 + sisa 5
46 Decimal = 5 6
2.3 Konversi bilangan Decimal ke Hexadecimal
172 / 16 = 10 + sisa 12
10 / 16 = 0 + sisa 10
46 Decimal = 10 12 = AC
3. Bilangan Biner
3.1 Konversi Bilangan Biner ke Decimal
11011 = 1 x 24 + 1 x 23 + 0 x 22 +1 x 21 +1 x 20
= 16 + 8 + 0 + 2 + 1
= 27 bilangan decimal
101.101 = 22 + 20 +2-1 + 2-3
= 4 + 1 + 0.5 + 0.125
Soal latihan dan Jawaban
Konversikan bilangan biner berikut menjadi bilangan decimal
100110 = 38
0.110001 = 0.765625
11110011.0101 = 243.3125
3.2 Konversi Bilangan Biner ke Octal
11011 = 11 011 = 33 (dikelompokaan tiga bit dari kanan ke kiri )
Soal latihan dan Jawaban
100110 = 100 110 = 4 6
110001 = 110 001 = 6 1
11110011 = 11 110 011 = 3 6 3
3.3 Konversi Bilangan Biner ke hexadecimal
11011 = 1 1011 = 1 B
( dikelompokaan empat bit dari kanan ke kiri )
4. Bilangan Octal
4.1 Konversi Bilangan Octal ke Decimal
113 = 1x 8 2 + 1 x 8 1 + 3 x 8 0
= 64 + 8 + 3
= 75
4.2 Konversi Bilangan Octal ke Biner
675 = 110 111 101
4.3 Konversi Bilangan Octal ke Hexadecimal
675 = 1 1011 1101 = 1 B D
5. Bilangan hexadecimal
5.1 Konversi Bilangan hexadecimal ke Biner
23B = 0010 0011 1011
5.2 Konversi Bilangan hexadecimal ke Octal
23B = 001 000 111 011
5.3 Konversi Bilangan hexadecimal ke Decimal
23B = 2 x 16 2 + 3 x 16 1 + 11 x 16 0
= 512 + 48 + 16
= 576
6. Kode Bilangan
6.1 Tabel Code Bilangan
Desimal Digit Biner BCD Excess-3 Code
Gray
0 0000 0000 0011 0000
1 0001 0001 0100 0001
2 0010 0010 0101 0011
3 0011 0011 0110 0010
4 0100 0100 0111 0110
5 0101 0101 1000 0111
6 0110 0110 1001 0101
7 0111 0111 1010 0100
8 1000 1000 1011 1100
9 1001 1001 1100 1101
6.2 Konversi Bilangan Decimal ke Excess-3
Kode Excess-3 ada hubungannnya dengan kode BCD dan kadang-kadang digunakan menggantikan BCD karena mempunyai keuntungan dalam operasi –operasi aritmatik tertentu. Pengkodean Excess 3 untuk bilangan desimal dilaksanakan dengan cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa angka 3 ditambahkan pada setiap digit decimal sebelum mengkodekan dalam biner.
Contoh
Bilangan 46
46 masing-masing bit ditambah 3 sehingga menjadi 79
maka kode excess-3 adalah = 0111 1001
6.3 Konversi dari biner ke Gray
Setiap bilangan biner dapat diubah menjadi representasi kode Gray dengan cara seperti berikut :
• Bit pertama dari code gray sama dengan bit pertama dari bilangan biner
• Bit kedua dari kode gray sama dengan exclusive OR dari bit pertama dan kedua dari bilangan biner ( akan sama dengan satu apabila kode biner tersebut berbeda, akan sama dengan 0 jika bit tersebut sama ).
• Bit kode gray ketiga sama dengan exclusive OR dari bit kedua dan ketiga dari bilangan biner, dan seterusnya.
1 0 1 1 0
1 1 1 0 1
6.4 Konversi dari Grey ke Biner
Untuk mengubah dari gray ke biner diperlukan prosedure yang berlawanan dengan prosedure konversi dari biner ke gray
• Bit biner pertama adalah sama dengan bit kode gray pertama
• Apabila bit gray yang kedua 0, bit biner kedua sama dengan yang bertama, apabila bit gray kedua 1, bit biner kedua adalah kebalikan dari bit biner pertama
1 1 0 1 1
1 0 0 1 0
6.5 Kode ASCII
000 001 010 011 100 101 110 111
0000 NUL DEL Space 0 @ P p
0001 SOH DC1 ! 1 A Q a q
0010 STX DC2 „ 2 B R b r
0011 ETX DC3 # 3 C S c s
0100 EOT DC4 $ 4 D T d t
0101 END NAK % 5 E U e u
0110 ACK SYN & 6 F V f v
0111 BEL ETB , 7 G W g w
1000 BS CAN ( 8 H X .h x
1001 VT ESC ) 9 I Y i y
1010 LF SUB * : J Z j z
1011 VT ESC + ; K k
1100 FF FS , < L l 1101 CR GS - = M m 1110 SO RS . > N n
1111 SI US / ? O o DLE
7. Operasi Arithmatik
7.1 Operasi Penjumlahan
11001 25
10010 18
1 01011 43
7.2 Operasi Pengurangan
9 1001
6 0110
3 0011
Tahapan
o Ubah bilangan pengurang menjadi komplemen ke –2
o Jumlahkan dengan data 9
o Komplemen pertama dari bilangan 6 = 1001
o Komplemen ke dua dari bilangan 6 = 1010
o Penjumlahan 1001 dengan 1010 = 0 0 1 1
o Dengan demikian hasil nya adalah 0011 = 03
7.3 Perkalian bilangan biner
Perkalian bilangan biner dilakukan dengan cara yang sama dengan cara perkalian bilangan desimal
1 0 0 1
1 0 1 1
1 0 0 1
1 0 0 1
0 0 0 0
1 0 0 1
1 1 0 0 0 1 1
7.4 Pembagian Biner
0011
11 1001 9 : 3 = 3
011
0011
7.5 Pemakaian sistem bilangan dalam pemograman
Address Mechine Code Menemonic Code Action
7000 06 30 MVI B, 30 B : 30
7002 0E 20 MVI C, 20 C : 20
7004 16 40 MVI D, 40 D : 40
7006 78 MOV A, B A : B : 30
7007 81 ADD C A : A + C : 50
7008 82 ADD D A : A + D : 90
7009 CF RST 1
7.6 Penjelasan Program
7.6.1 Register B diisi data 30.
7.6.2 Register C diisi data 20.
7.6.3 Register D diisi data 40.
7.6.4 Data yang ada pada register B dipindah ke register A, yang sekarang
register A berisi data 30.
7.6.5 Data pada register A dijumlahkan dengan data pada register C.
A = 30 + 20 = 50
7.6.6 Data pada register A dijumlahkan dengan data pada register D.
A = 50 + 40 = 90.
Pada program ditunjukan bahwa sejumlah instruksi mesin dalam kode hexa desimal, kemudian untuk melakukan penjumlah dilakukan dengan menggunakan kode ADD dalam hexa 82. Dengan demikian maka diperlukan pemahaman sistem bilangan untuk melakukan pemograman.
8. Soal latihan
8.1 Ubahlah bilangan-bilangan biner berikut menjadi bilangan decimal ekivalenya
8.1.1 10001101
8.1.2 10111.1011
8.1.3 0.011011
8.1.4 110111.101
8.1.5 10010001001
8.2 Ubahlah bilangan desimal berikut menjadi ekivalen binernya
8.2.1 37
8.2.2 189
8.2.3 72.45
8.2.4 0.4475
8.2.5 4097.188
8.2.6 52
8.2.7 205
8.3 Tambahkanlah grup bilangan biner berikut ini dengan menggunakan
penjumlahan biner
8.3.1 1010 + 1011
8.3.2 1111 + 0011
8.3.3 1011.1101 + 11.1
8.3.4 0.1011 + 01111
SISTIM BILANGAN DAN KODE
Tujuan :
• Mahasiswa dapat mengetahui sistem bilangan dan kode.
• Mahasiswa dapat mengetahui konversi bilangan dan kode kedalam bilangan lainnya
• Mahasiswa dapat melakukan perhitungan arithmatik menggunakan sistem bilangan
• Mahasiswa dapat mengaplikasikan sistem bilangan dalam rangkaian Digital
Materi
1. Pendahuluan ( 1 - 1 )
2. Bilangan Decimal ( 1 - 3 )
• Konversi bilangan Decimal ke Biner
• Konversi bilangan Decimal ke Octal
• Konversi bilangan Decimal ke Hexadecimal
3. Bilangan Biner ( 1 - 4 )
• Konversi Bilangan Biner ke Decimal
• Konversi Bilangan Biner ke Octal
• Konversi Bilangan Biner ke hexadecimal
4. Bilangan Octal ( 1 - 5 )
• Konversi Bilangan Octal ke Decimal
• Konversi Bilangan Octal ke Biner
• Konversi Bilangan Octal ke Hexadecimal
5. Bilangan hexadecimal ( 1 - 6 )
• Konversi Bilangan hexadecimal ke Biner
• Konversi Bilangan hexadecimal ke Octal
• Konversi Bilangan hexadecimal ke Decimal
6. Kode Bilangan ( 1 - 6 )
• Kode Exces-3
• Kode Gray
• Kode BCD ( Binari Code Decimal )
• Kode ASCII
7. Operasi Arithmatik ( 1 - 8 )
• Operasi Penjumlahan
• Operasi Pengurangan
1. Pendahuluan
Dalam sistem-sistem digital informasi numeric dinyatakan dalam sistem bilangan dan pengkodean antara lain :
• Bilangan Biner ( bilangan dasar 2 )
• Bilangan Octal ( bilangan dasar 8 )
• Bilangan hexadecimal ( bilangan dasar 16 )
• Kode Gray
• Kode BCD
• Kode Excess-3
• ASCII Code
Contoh bilangan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut
Decimal Biner Octal Hexa Decimal
0 0000 00 00
1 0001 01 1
2 0010 02 2
3 0011 03 3
4 0100 04 4
5 0101 05 5
6 0110 06 6
7 0111 07 7
8 1000 10 8
9 1001 11 9
10 1010 12 A
11 1011 13 B
12 1100 14 C
13 1101 15 D
14 1110 16 E
15 1111 17 F
Contoh bilangan lainnya
25 (10) = 11001 (2) = 31 (8) = 19 (16 )
75 (10) = 1001011 (2) = 113 (8) = 4B (16 )
325 (10) = 101000101 (2) = 505 (8) = 145 (16 )
494 (10) = 111101110 (2) =756 (8) = 1EE (16 )
487 (10) = 111100111 (2) = 747 (8) = 1E7 (16 )
Dalam materi berikut akan dijelaskan pengetian bilangan, konversi bilangan menjadi bilangan lainnya, serta pemakaian dalamoperasi arithmatik.
2. Bilangan Decimal
Bilangan decimal adalah bilangan dengan bilangan dasar 10. Posisi dari bilangan decimal yang mengandung bit dapat diberikan contoh pada bagian berikut .
525 = 5 x 102 + 2 x 10 1 + 5 x 100
= 5 x 100 + 2 x 10 + 5 x 1
= 500 + 20 + 5
= 525
2.1 Konversi bilangan Decimal ke Biner
25 / 2 = 12 + sisa 1
12/ 2 = 6 + sisa 0
6/2 = 3 + sisa 0
3/2 = 1 + sisa 1
½ = 0 + sisa 1
25 Decimal = 1 1 0 0 1
2.2 Konversi bilangan Decimal ke Octal
46 / 8 = 5 + sisa 6
5 / 8 = 0 + sisa 5
46 Decimal = 5 6
2.3 Konversi bilangan Decimal ke Hexadecimal
172 / 16 = 10 + sisa 12
10 / 16 = 0 + sisa 10
46 Decimal = 10 12 = AC
3. Bilangan Biner
3.1 Konversi Bilangan Biner ke Decimal
11011 = 1 x 24 + 1 x 23 + 0 x 22 +1 x 21 +1 x 20
= 16 + 8 + 0 + 2 + 1
= 27 bilangan decimal
101.101 = 22 + 20 +2-1 + 2-3
= 4 + 1 + 0.5 + 0.125
Soal latihan dan Jawaban
Konversikan bilangan biner berikut menjadi bilangan decimal
100110 = 38
0.110001 = 0.765625
11110011.0101 = 243.3125
3.2 Konversi Bilangan Biner ke Octal
11011 = 11 011 = 33 (dikelompokaan tiga bit dari kanan ke kiri )
Soal latihan dan Jawaban
100110 = 100 110 = 4 6
110001 = 110 001 = 6 1
11110011 = 11 110 011 = 3 6 3
3.3 Konversi Bilangan Biner ke hexadecimal
11011 = 1 1011 = 1 B
( dikelompokaan empat bit dari kanan ke kiri )
4. Bilangan Octal
4.1 Konversi Bilangan Octal ke Decimal
113 = 1x 8 2 + 1 x 8 1 + 3 x 8 0
= 64 + 8 + 3
= 75
4.2 Konversi Bilangan Octal ke Biner
675 = 110 111 101
4.3 Konversi Bilangan Octal ke Hexadecimal
675 = 1 1011 1101 = 1 B D
5. Bilangan hexadecimal
5.1 Konversi Bilangan hexadecimal ke Biner
23B = 0010 0011 1011
5.2 Konversi Bilangan hexadecimal ke Octal
23B = 001 000 111 011
5.3 Konversi Bilangan hexadecimal ke Decimal
23B = 2 x 16 2 + 3 x 16 1 + 11 x 16 0
= 512 + 48 + 16
= 576
6. Kode Bilangan
6.1 Tabel Code Bilangan
Desimal Digit Biner BCD Excess-3 Code
Gray
0 0000 0000 0011 0000
1 0001 0001 0100 0001
2 0010 0010 0101 0011
3 0011 0011 0110 0010
4 0100 0100 0111 0110
5 0101 0101 1000 0111
6 0110 0110 1001 0101
7 0111 0111 1010 0100
8 1000 1000 1011 1100
9 1001 1001 1100 1101
6.2 Konversi Bilangan Decimal ke Excess-3
Kode Excess-3 ada hubungannnya dengan kode BCD dan kadang-kadang digunakan menggantikan BCD karena mempunyai keuntungan dalam operasi –operasi aritmatik tertentu. Pengkodean Excess 3 untuk bilangan desimal dilaksanakan dengan cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa angka 3 ditambahkan pada setiap digit decimal sebelum mengkodekan dalam biner.
Contoh
Bilangan 46
46 masing-masing bit ditambah 3 sehingga menjadi 79
maka kode excess-3 adalah = 0111 1001
6.3 Konversi dari biner ke Gray
Setiap bilangan biner dapat diubah menjadi representasi kode Gray dengan cara seperti berikut :
• Bit pertama dari code gray sama dengan bit pertama dari bilangan biner
• Bit kedua dari kode gray sama dengan exclusive OR dari bit pertama dan kedua dari bilangan biner ( akan sama dengan satu apabila kode biner tersebut berbeda, akan sama dengan 0 jika bit tersebut sama ).
• Bit kode gray ketiga sama dengan exclusive OR dari bit kedua dan ketiga dari bilangan biner, dan seterusnya.
1 0 1 1 0
1 1 1 0 1
6.4 Konversi dari Grey ke Biner
Untuk mengubah dari gray ke biner diperlukan prosedure yang berlawanan dengan prosedure konversi dari biner ke gray
• Bit biner pertama adalah sama dengan bit kode gray pertama
• Apabila bit gray yang kedua 0, bit biner kedua sama dengan yang bertama, apabila bit gray kedua 1, bit biner kedua adalah kebalikan dari bit biner pertama
1 1 0 1 1
1 0 0 1 0
6.5 Kode ASCII
000 001 010 011 100 101 110 111
0000 NUL DEL Space 0 @ P p
0001 SOH DC1 ! 1 A Q a q
0010 STX DC2 „ 2 B R b r
0011 ETX DC3 # 3 C S c s
0100 EOT DC4 $ 4 D T d t
0101 END NAK % 5 E U e u
0110 ACK SYN & 6 F V f v
0111 BEL ETB , 7 G W g w
1000 BS CAN ( 8 H X .h x
1001 VT ESC ) 9 I Y i y
1010 LF SUB * : J Z j z
1011 VT ESC + ; K k
1100 FF FS , < L l 1101 CR GS - = M m 1110 SO RS . > N n
1111 SI US / ? O o DLE
7. Operasi Arithmatik
7.1 Operasi Penjumlahan
11001 25
10010 18
1 01011 43
7.2 Operasi Pengurangan
9 1001
6 0110
3 0011
Tahapan
o Ubah bilangan pengurang menjadi komplemen ke –2
o Jumlahkan dengan data 9
o Komplemen pertama dari bilangan 6 = 1001
o Komplemen ke dua dari bilangan 6 = 1010
o Penjumlahan 1001 dengan 1010 = 0 0 1 1
o Dengan demikian hasil nya adalah 0011 = 03
7.3 Perkalian bilangan biner
Perkalian bilangan biner dilakukan dengan cara yang sama dengan cara perkalian bilangan desimal
1 0 0 1
1 0 1 1
1 0 0 1
1 0 0 1
0 0 0 0
1 0 0 1
1 1 0 0 0 1 1
7.4 Pembagian Biner
0011
11 1001 9 : 3 = 3
011
0011
7.5 Pemakaian sistem bilangan dalam pemograman
Address Mechine Code Menemonic Code Action
7000 06 30 MVI B, 30 B : 30
7002 0E 20 MVI C, 20 C : 20
7004 16 40 MVI D, 40 D : 40
7006 78 MOV A, B A : B : 30
7007 81 ADD C A : A + C : 50
7008 82 ADD D A : A + D : 90
7009 CF RST 1
7.6 Penjelasan Program
7.6.1 Register B diisi data 30.
7.6.2 Register C diisi data 20.
7.6.3 Register D diisi data 40.
7.6.4 Data yang ada pada register B dipindah ke register A, yang sekarang
register A berisi data 30.
7.6.5 Data pada register A dijumlahkan dengan data pada register C.
A = 30 + 20 = 50
7.6.6 Data pada register A dijumlahkan dengan data pada register D.
A = 50 + 40 = 90.
Pada program ditunjukan bahwa sejumlah instruksi mesin dalam kode hexa desimal, kemudian untuk melakukan penjumlah dilakukan dengan menggunakan kode ADD dalam hexa 82. Dengan demikian maka diperlukan pemahaman sistem bilangan untuk melakukan pemograman.
8. Soal latihan
8.1 Ubahlah bilangan-bilangan biner berikut menjadi bilangan decimal ekivalenya
8.1.1 10001101
8.1.2 10111.1011
8.1.3 0.011011
8.1.4 110111.101
8.1.5 10010001001
8.2 Ubahlah bilangan desimal berikut menjadi ekivalen binernya
8.2.1 37
8.2.2 189
8.2.3 72.45
8.2.4 0.4475
8.2.5 4097.188
8.2.6 52
8.2.7 205
8.3 Tambahkanlah grup bilangan biner berikut ini dengan menggunakan
penjumlahan biner
8.3.1 1010 + 1011
8.3.2 1111 + 0011
8.3.3 1011.1101 + 11.1
8.3.4 0.1011 + 01111
Sabtu
DOSEN TIDAK TETAP
1. DR. Rosliani, M.Hum
Dolok Sinuban
S1 : USU
S2 : USU
S3 : USU
Bahasa Indonesia
2. Jerry Wilson, S.SS, M.Hum
Padang Sidempuan
S1 : USU
S2 : USU
Sastra Inggris
3. dr. Tiur Ni Ari Sitompul, M.Sc 0007123202 Tanjung Pinang
S1 : Kedokteran
USU
S2 : Fisika Medik
Univ.England
Inggris Fisika Medik
4. dr.Arie Hasiholan Gultom, M.Ph 0122053301 Jakarta
22-05-1933 Lektor Kepala dr, M.Ph S1 : USU
S2 : University of
the Pilippines Kesehatan Masyarakat
5. Syahrul Humaidi, S.Si, M.Si 0017066501 Rantau Prapat
17-05-1965 Lektor Kepala S.Si, M.Si S1 : MIPA USU
S2 : UTM Malaysia Fisika
6. Ratna Simatupang, S.Pd, M.Pd 0116117704 Tarutung
16-11-1977 Lektor S.Pd, M.Pd S1 : UNIMED
S2 : UNIMED Matematika
7. Drs. Alking, M.Si 0006046307 Sumbawa
06-04-1963 Lektor Kepala Drs, M.Si S1 : Univ.Erlangga
S2 : Univ.Erlangga Ilmu Sosial
8. Humala Sialoon Sirait, SKM, M.Kes 0128013901 Pematangsiantar
28-01-1939 Lektor Kepala SKM, M.Kes S1 : FKM UI
S2 : UI Kesehatan Masyarakat
9. Meutia Fajar Sari Nasution, S.Psi, M.Si 0112058003 Medan
12-05-1980 Lektor S.Psi, M.Si S1 : UMA
S2 : USU Psikologi
10. Rusli Sarumpaet, S.Th - Huta Nagodang
20-06-1965 - S.Th S1 : STH.Inalta Agama Kristen
11. Drs. Lahmuddin Ritonga 0112025801 Sialang Gatap
12-02-1958 Lektor Kepala Drs S1 : IAIN Sumut Agama Islam
1. DR. Rosliani, M.Hum
Dolok Sinuban
S1 : USU
S2 : USU
S3 : USU
Bahasa Indonesia
2. Jerry Wilson, S.SS, M.Hum
Padang Sidempuan
S1 : USU
S2 : USU
Sastra Inggris
3. dr. Tiur Ni Ari Sitompul, M.Sc 0007123202 Tanjung Pinang
S1 : Kedokteran
USU
S2 : Fisika Medik
Univ.England
Inggris Fisika Medik
4. dr.Arie Hasiholan Gultom, M.Ph 0122053301 Jakarta
22-05-1933 Lektor Kepala dr, M.Ph S1 : USU
S2 : University of
the Pilippines Kesehatan Masyarakat
5. Syahrul Humaidi, S.Si, M.Si 0017066501 Rantau Prapat
17-05-1965 Lektor Kepala S.Si, M.Si S1 : MIPA USU
S2 : UTM Malaysia Fisika
6. Ratna Simatupang, S.Pd, M.Pd 0116117704 Tarutung
16-11-1977 Lektor S.Pd, M.Pd S1 : UNIMED
S2 : UNIMED Matematika
7. Drs. Alking, M.Si 0006046307 Sumbawa
06-04-1963 Lektor Kepala Drs, M.Si S1 : Univ.Erlangga
S2 : Univ.Erlangga Ilmu Sosial
8. Humala Sialoon Sirait, SKM, M.Kes 0128013901 Pematangsiantar
28-01-1939 Lektor Kepala SKM, M.Kes S1 : FKM UI
S2 : UI Kesehatan Masyarakat
9. Meutia Fajar Sari Nasution, S.Psi, M.Si 0112058003 Medan
12-05-1980 Lektor S.Psi, M.Si S1 : UMA
S2 : USU Psikologi
10. Rusli Sarumpaet, S.Th - Huta Nagodang
20-06-1965 - S.Th S1 : STH.Inalta Agama Kristen
11. Drs. Lahmuddin Ritonga 0112025801 Sialang Gatap
12-02-1958 Lektor Kepala Drs S1 : IAIN Sumut Agama Islam
Dosen Program Studi Teknik Elektro Medik ATEM Binalita Sudama, berdasarkan SK 034/DIKTI/Kep/2002.
DOSEN TETAP
No. Nama Dosen Tetap
NIDN** Tempat dan
Tanggal Lahir Jabatan
Akademik Gelar
Akademik Pendidikan S1, S2, S3
dan Asal Universitas Bidang Keahlian untuk Setiap Jenjang Pendidikan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Drs. Imnadir, MT 0130116001 Sungai Tarab Tanah Datar
30-11-1960 Lektor Kepala Drs, MT S1 : IKIP Padang
S2 : ISTN Jakarta Elektronika
2. Tuful Zuchri, BE,ST 0115087102 Padang
15-08-1971 Asisten Ahli BE, ST DIII : ATEM Jakarta
S1 : UGM Teknik Elektro Medik
3. Zuhrina Kustanti, BE, ST, M.Kes 0124027201 Binjai
24-02-1972 Asisten Ahli BE, ST, M.Kes D III : ATEM YBS
Medan
S1 : UISU
S2 : FKM. UGM
Teknik Elektro Medik
4. Rizal Thalib,BE, ST 0105105701 Bukit Tinggi
05-10-1957 Asisten Ahli BE, ST DIII : ATRO Jakarta
S1 : UGM Teknik Elektro Medik
5. Adduha Reza Pahlevi, BE, ST 0111097103 Medan
11-09-1971 Asisten Ahli BE, ST D III : ATEM YBS
Medan
S1 : UNDIP Teknik Elektro Medik
6. Jamiandar Simamora, AMF,M.Pd 0101075606 Pasar Baru
01-07-1956 Asisten Ahli AMF, M.Pd D III : ATRO Jakarta
D IV : UNDIP
S2 : UNIMED
Teknik Elektro Medik
7. Khairul Bahri, BE, ST 0112036001 Medan
12-03-1960 Lektor BE, S.T D III : ATEM Jakarta
S1 : UMA Teknik Elektro Medik
8. Arman Rafli, AIM 0119055502 Medan
19-05-1955 Asisten Ahli AIM DIII : ATRO Jakarta
D-IV : UNDIP Teknik Elektro Medik
9. Amcer Sitorus, AIM 0101125301 Medan
01-12-1953 Lektor AIM D-III : ATRO Jakarta
D-IV : UNDIP Teknik Elektro Medik
10. Drs. Ibnu Hajar, MT 0105075815 Padang
05-06-1958 Lektor Kepala Drs, MT S1 : IKIP Padang
S2 : ISTN Jakarta Elektronika
11. Ns.Widyawati, S.Kep, M.Kes 0103127204 Medan
03-12-1972 Lektor S.Kep, M.Kes S1 : USU
S2 : USU Keperawatan
12. Drs. Fauzi, M.Si 0126045505 Surabaya
26-04-1955 Lektor Kepala Drs, M.Si S1 : USU
S2 : UI Fisika
13. Tirama Simbolon, S.Si, M.Si 0113097502 Sibontar
13-09-1975 Asisten Ahli S.Si, M.Si S1 : USU
S2 : USU Fisika Medik
14. Drs. Anwar, MT 0111015906 Padang
11-01-1959 Lektor Kepala Drs, MT S1 : IKIP Padang
S2 : ISTN Jakarta
Elektronika
15. Zuhrita Kustiwi, BE, ST 0113087301 Sunggal
13-08-1973 Asisten Ahli BE, ST D III : ATEM YBS
Medan
S1 : UISU Teknik Elektro Medik
16. Sopar Sihombing, BE, SKM 0107106701 Kutaraja Sidikalang
07-10-1967 Asisten Ahli BE, SKM D III : ATEM YBS
Medan
S1 : USU Teknik Elektro Medik
DOSEN TETAP
No. Nama Dosen Tetap
NIDN** Tempat dan
Tanggal Lahir Jabatan
Akademik Gelar
Akademik Pendidikan S1, S2, S3
dan Asal Universitas Bidang Keahlian untuk Setiap Jenjang Pendidikan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Drs. Imnadir, MT 0130116001 Sungai Tarab Tanah Datar
30-11-1960 Lektor Kepala Drs, MT S1 : IKIP Padang
S2 : ISTN Jakarta Elektronika
2. Tuful Zuchri, BE,ST 0115087102 Padang
15-08-1971 Asisten Ahli BE, ST DIII : ATEM Jakarta
S1 : UGM Teknik Elektro Medik
3. Zuhrina Kustanti, BE, ST, M.Kes 0124027201 Binjai
24-02-1972 Asisten Ahli BE, ST, M.Kes D III : ATEM YBS
Medan
S1 : UISU
S2 : FKM. UGM
Teknik Elektro Medik
4. Rizal Thalib,BE, ST 0105105701 Bukit Tinggi
05-10-1957 Asisten Ahli BE, ST DIII : ATRO Jakarta
S1 : UGM Teknik Elektro Medik
5. Adduha Reza Pahlevi, BE, ST 0111097103 Medan
11-09-1971 Asisten Ahli BE, ST D III : ATEM YBS
Medan
S1 : UNDIP Teknik Elektro Medik
6. Jamiandar Simamora, AMF,M.Pd 0101075606 Pasar Baru
01-07-1956 Asisten Ahli AMF, M.Pd D III : ATRO Jakarta
D IV : UNDIP
S2 : UNIMED
Teknik Elektro Medik
7. Khairul Bahri, BE, ST 0112036001 Medan
12-03-1960 Lektor BE, S.T D III : ATEM Jakarta
S1 : UMA Teknik Elektro Medik
8. Arman Rafli, AIM 0119055502 Medan
19-05-1955 Asisten Ahli AIM DIII : ATRO Jakarta
D-IV : UNDIP Teknik Elektro Medik
9. Amcer Sitorus, AIM 0101125301 Medan
01-12-1953 Lektor AIM D-III : ATRO Jakarta
D-IV : UNDIP Teknik Elektro Medik
10. Drs. Ibnu Hajar, MT 0105075815 Padang
05-06-1958 Lektor Kepala Drs, MT S1 : IKIP Padang
S2 : ISTN Jakarta Elektronika
11. Ns.Widyawati, S.Kep, M.Kes 0103127204 Medan
03-12-1972 Lektor S.Kep, M.Kes S1 : USU
S2 : USU Keperawatan
12. Drs. Fauzi, M.Si 0126045505 Surabaya
26-04-1955 Lektor Kepala Drs, M.Si S1 : USU
S2 : UI Fisika
13. Tirama Simbolon, S.Si, M.Si 0113097502 Sibontar
13-09-1975 Asisten Ahli S.Si, M.Si S1 : USU
S2 : USU Fisika Medik
14. Drs. Anwar, MT 0111015906 Padang
11-01-1959 Lektor Kepala Drs, MT S1 : IKIP Padang
S2 : ISTN Jakarta
Elektronika
15. Zuhrita Kustiwi, BE, ST 0113087301 Sunggal
13-08-1973 Asisten Ahli BE, ST D III : ATEM YBS
Medan
S1 : UISU Teknik Elektro Medik
16. Sopar Sihombing, BE, SKM 0107106701 Kutaraja Sidikalang
07-10-1967 Asisten Ahli BE, SKM D III : ATEM YBS
Medan
S1 : USU Teknik Elektro Medik
Kamis
IC Mikrokontroller AT89s51
Penggunaan IC AT 89S51 memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan, antara lain tingkat kendala yang tinggi, komponen hardwere eksternal yang lebih sedikit, kemudahan dalam pemrograman. Dan hemat dari segi biaya. IC AT 89S51 memiliki program internal yang mudah untuk dihapus dan diprogram kembali secara berulang – ulang. Pada pesawat ini IC AT 89S51 berfungsi sebagai sentral control dari segala aktivitas pesawat. Mulai dari timer untuk mengontrol lamanya elektroda bekerja. Pada pesawat ini IC AT 89S51 ini juga dimanfaatkan sebagai pengubah suhu sensor suhu untuk dikonversikan dalam satuan kadar mineral yang ditampilkan dalam display berupa seven segment.
Gambar 5.5 IC AT 89S51
Beberapa fungsi dari kaki pin pada IC mikrokontroler AT89S51 yaitu :
1. Port 0
Port 0 adalah 8 bit open drain bi-directional port I/O. pada saat sebagai port output, tiap pin dapat dilewatkan ke-8 input TTL. Ketika logika satu dituliskan pada port 0, maka pin-pin ini dapat digunakan sebagai input yang berimpendansi tinggi. Port 0 dapat dikonfirmasikan untuk demultiplex sebagai jalur data/addres bus selama membaca ke program eksternal dan memori data. Pada mode ini P0 mempunyai internal Pullup. Port 0 juga enerima kode bytre selama pemograman Flash. Dan mengeluarkan kode byte selama verifikasi program.
2. Port 1
Port 1 adalah 8 bit bi-directional port I/O dengan internal Pullup. Port 1 mempunyai output yang dapat dihubungkan dengan 4 TTl input. Ketika logika ‘1’ dituliskan ke port 1, pin ini di pull hight dengan menggunakan internal pullup dan dapat digunakan sebagai input. Port 1 juga menerima addres bawah selama pemrograman Flash dab verifikasi.
3. Port 2
Port 2 adalah 8 bit bi directional port I/O dengan Pullup. Port 2 output buffer dapat melewatkan empat TTL input. Ketika logika satu dituliskan ke port 2, maka mereka dipull hight dengan internal Pullup dan dapat digunakan sebagai input.
4. Port 3
Port 2 adalah 8 bit bi directional port I/O dengan Pullup. Output buffer dari Port 3 dapat dilewati empat input TTL. Ketika logika satu dituliskan keport 3, maka mereka akan dipull hight dengan internal pullup dan dapat digunakan sebagai input. Port 3 juga mempunyai berbagai macam fungsi/fasilitas. Port 3 juga menerima beberapa sinyal kontrol untuk pemrograman Flash dab verifikasi.
5. RST
Input reset. Logika hight pada pin ini akan mereset siklus mesin (IC).
6. ALE/PROG.
Pulsa output Addres Latch Enable digunakan untuk lantching byte bawah dari addres selama mengakses ke eksternal memory. Pin ini juga merupakan input pulsa program selama pemrograman Flash. Jika dikehendaki, operasi ALE dapat didisable dengan memberikan setting bit 0 dari SFR pada lokasi 8EH. Dengan Bit Set, ALE disable, tidak akan mempengaruhi jika mikrokontroler pada mode eksekusi eksternal.
7. PSEN
Program Store Enable merupakan sinyal yang digunakan untuk membaca program memory eksternal. Ketika 8951 mengeksekusi kode dari program memory eksternal, PSEN diaktifkan dua kali setiap siklus mesin.
8. EA/VPP
Eksternal Acces Enable, EZ harus diposisikan ke GND untuk mengaktifkan divais untuk mengumpankan kode dari program memory yang dimulai pada lokasi 0000h sampai FFFFh. EA harus diposisikan ke VCC untuk eksekusi program internal. Pin ini juga menerima tegangan pemrograman 12 volt (Vpp) selama pemrograman Flash.
9. XTAL1
Input untuk oscillator inverting amplifier dan input untuk inte rnal clock untuk pengoperaian rangkaian.
10. XTAL2
Output dari inverting oscillator amplifier.
Gambar 5.5 IC AT 89S51
Beberapa fungsi dari kaki pin pada IC mikrokontroler AT89S51 yaitu :
1. Port 0
Port 0 adalah 8 bit open drain bi-directional port I/O. pada saat sebagai port output, tiap pin dapat dilewatkan ke-8 input TTL. Ketika logika satu dituliskan pada port 0, maka pin-pin ini dapat digunakan sebagai input yang berimpendansi tinggi. Port 0 dapat dikonfirmasikan untuk demultiplex sebagai jalur data/addres bus selama membaca ke program eksternal dan memori data. Pada mode ini P0 mempunyai internal Pullup. Port 0 juga enerima kode bytre selama pemograman Flash. Dan mengeluarkan kode byte selama verifikasi program.
2. Port 1
Port 1 adalah 8 bit bi-directional port I/O dengan internal Pullup. Port 1 mempunyai output yang dapat dihubungkan dengan 4 TTl input. Ketika logika ‘1’ dituliskan ke port 1, pin ini di pull hight dengan menggunakan internal pullup dan dapat digunakan sebagai input. Port 1 juga menerima addres bawah selama pemrograman Flash dab verifikasi.
3. Port 2
Port 2 adalah 8 bit bi directional port I/O dengan Pullup. Port 2 output buffer dapat melewatkan empat TTL input. Ketika logika satu dituliskan ke port 2, maka mereka dipull hight dengan internal Pullup dan dapat digunakan sebagai input.
4. Port 3
Port 2 adalah 8 bit bi directional port I/O dengan Pullup. Output buffer dari Port 3 dapat dilewati empat input TTL. Ketika logika satu dituliskan keport 3, maka mereka akan dipull hight dengan internal pullup dan dapat digunakan sebagai input. Port 3 juga mempunyai berbagai macam fungsi/fasilitas. Port 3 juga menerima beberapa sinyal kontrol untuk pemrograman Flash dab verifikasi.
5. RST
Input reset. Logika hight pada pin ini akan mereset siklus mesin (IC).
6. ALE/PROG.
Pulsa output Addres Latch Enable digunakan untuk lantching byte bawah dari addres selama mengakses ke eksternal memory. Pin ini juga merupakan input pulsa program selama pemrograman Flash. Jika dikehendaki, operasi ALE dapat didisable dengan memberikan setting bit 0 dari SFR pada lokasi 8EH. Dengan Bit Set, ALE disable, tidak akan mempengaruhi jika mikrokontroler pada mode eksekusi eksternal.
7. PSEN
Program Store Enable merupakan sinyal yang digunakan untuk membaca program memory eksternal. Ketika 8951 mengeksekusi kode dari program memory eksternal, PSEN diaktifkan dua kali setiap siklus mesin.
8. EA/VPP
Eksternal Acces Enable, EZ harus diposisikan ke GND untuk mengaktifkan divais untuk mengumpankan kode dari program memory yang dimulai pada lokasi 0000h sampai FFFFh. EA harus diposisikan ke VCC untuk eksekusi program internal. Pin ini juga menerima tegangan pemrograman 12 volt (Vpp) selama pemrograman Flash.
9. XTAL1
Input untuk oscillator inverting amplifier dan input untuk inte rnal clock untuk pengoperaian rangkaian.
10. XTAL2
Output dari inverting oscillator amplifier.
Membuat Program Ladder Diagram Konveyor Membuat Program PLC Pengepakan Apel
Share
Saat ditekan tombol START (PB1), maka dijalankan konveyor pembawa boks. Jika sensor boks (SE2) mendeteksi keberadaan boks maka konveyor pembawa boks akan dihentikan dan konveyor pembawa apel mulai dijalankan. Sensor apel (SE1) akan menghitung hingga 10 buah apel kemudian menghentikan konveyor pembawa apel (pencacah apel akan direset) dan proses dijalankan dari awal lagi demikian seterusnya hingga ditekan tombol STOP (PB2).
MEMBUAT PROGRAM LADDER DIAGRAM KONVEYOR | MEMBUAT PROGRAM PLC PENGEPAKAN APEL
Gambar Program Ladder Diagram Pengepakan Apel Pada Plc
Share
Saat ditekan tombol START (PB1), maka dijalankan konveyor pembawa boks. Jika sensor boks (SE2) mendeteksi keberadaan boks maka konveyor pembawa boks akan dihentikan dan konveyor pembawa apel mulai dijalankan. Sensor apel (SE1) akan menghitung hingga 10 buah apel kemudian menghentikan konveyor pembawa apel (pencacah apel akan direset) dan proses dijalankan dari awal lagi demikian seterusnya hingga ditekan tombol STOP (PB2).
MEMBUAT PROGRAM LADDER DIAGRAM KONVEYOR | MEMBUAT PROGRAM PLC PENGEPAKAN APEL
Gambar Program Ladder Diagram Pengepakan Apel Pada Plc
Apa Sih Motor Stepper Itu?
Share
mo sidang tapi masi belom ngerti apa itu motor stepper...
padahal di rancangan, modul robot pake motor stepper unipolar 4 fase.
dapat eferensi bagus di salah satu blog mas Adjie.
neh,, buat baca2 untuk persiapan.
Motor step (stepper motor) adalah salah satu jenis motor DC yang dapat berputar pada langkah tetap dengan besar sudut tertentu. Tidak seperti motor DC biasa yang menghasilkan gerakan putaran kontinyu, motor step menghasilkan gerak putaran diskret (gerakan yang patah-patah) seperti terlihat pada Gambar 1. Besarnya sudut untuk tiap langkah bervariasi antara 0,9 hingga 900. Motor step digunakan pada aplikasi yang memerlukan perputaran pada sudut tertentu namun tidak memerlukan umpan balik dari sensor posisi. Sudut perpindahan dapat diketahui dengan menghitung jumlah langkah yang dilakukan dalam satu putaran.
Gambar 1 Perbedaan antara gerak motor step dengan gerak motor DC kontinyu.
Sumber Gambar : Grant, 2005
Motor step adalah satu-satunya jenis motor DC yang pengendaliannya dapat dilakukan secara open loop. Contoh penggunaan motor step dapat dilihat pada printer, scanner, dan floppy disk drive. Gambar 2 menunjukkan contoh dari suatu motor step.
Gambar 2 Bentuk fisik motor step
Berdasarkan konstruksinya motor step dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Motor step magnet permanen (permanent magnet stepper motor). Motor step jenis magnet permanen dapat bergerak karena adanya interaksi antara magnet permanen dengan elektromagnet yang dihasilkan oleh arus elektrik. Saat tidak terhubung catu daya jika digerakan pada motor step jenis ini akan terasa adanya tahanan magnetik.
Motor step reluktansi variabel (variable reluctance stepper motor). Pada motor step jenis reluktansi variabel tidak terdapat magnet permanen, maka gerak dihasilkan oleh interaksi antar elektromagnet. Saat tidak terhubung catu daya motor step jenis ini tidak akan menghasilkan tahanan magnetik.
Untuk selanjutnya pembahasan difokuskan pada motor step magnet permanen. Gambar 3 menunjukkan konstruksi dasar dari suatu motor step, dalam hal ini jenis magnet permanen, yang terdiri dari rotor berupa magnet permanen dan stator berupa elektromagnet.
Gambar 3 Komponen motor step
Sumber gambar : Kilian, 2000
Berdasarkan polaritasnya motor step magnet permanen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu unipolar (polaritas tunggal) dan bipolar (polaritas ganda). Gambar 4 menunjukkan rangkaian dari suatu motor step bipolar. Dari Gambar 4 terlihat bahwa setiap dua buah elektromagnet yang berseberangan sebetulnya adalah merupakan sebuah kumparan dan disusun sedemikian rupa sehingga jika kumparan dialiri arus kedua elektromagnet tersebut menghasilkan kutub yang berlawanan. Contohnya jika diberi polaritas A + dan B –, maka elektromagnet atas menghasilkan kutub Utara dan elektromagnet bawah menjadi kutub Selatan. Sedangkan jika polaritas dibalik menjadi A – dan B + maka kutub elektromagnet akan berkebalikan, elektromagnet atas menjadi Selatan dan elektromagnet bawah menjadi Utara. Jika diberi polaritas sama, A + dan B + atau A – dan B – maka elektromagnet atas dan bawah tidak aktif.
Gambar 4 Simbol dan diagram pengkabelan motor step bipolar.
Sumber gambar : Kilian, 2000
Terdapat beberapa metode untuk menggerakkan motor step bipolar. Metode yang paling sederhana adalah dengan bergantian mengaktifkan salah satu kumparan (AB atau CD), yang disebut metode satu fase aktif atau sering disebut juga wave mode, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5Metode satu fase aktif pada motor step bipolar
Sumber : SGS-Thomson Microelectronics, 1995
Metode berikutnya adalah metode dua fase aktif dengan mengaktifkan kedua kumparan. Pada metode ini magnet pada rotor akan tertarik oleh dua elektromagnet yang bersebelahan, sehingga posisinya selalu berada di antara dua elektromagnet, seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Metode dua fase aktif pada motor step bipolar
Sumber : SGS-Thomson Microelectronics, 1995
Metode satu fase aktif dan metode dua fase aktif sering disebut juga mode langkah penuh (full step) untuk membedakan dengan mode setengah langkah (half step). Mode setengah langkah menggabungkan antara metode satu fase dan metode dua fase, sehingga dihasilkan jumlah langkah dua kali lipat lebih banyak dalam satu putaran dibanding kedua mode langkah penuh. Motor step dapat menghasilkan 4 langkah saat mode langkah penuh dan 8 langkah saat mode setengah langkah.
Gambar 7 Mode setengah langkah pada motor step bipolar
Sumber : SGS-Thomson Microelectronics, 1995
Untuk menghasilkan jumlah langkah yang lebih banyak, maka pada suatu motor step tidak hanya terdapat empat elektromagnet, tapi dapat berjumlah lebih banyak Meski demikian untuk memudahkan pengaturannya, setiap elektromagnet tidak diatur secara individu, namun terdapat beberapa elektromagnet yang disatukan pengaturannya seperti tergambar pada gambar 8.
Gambar 8 Jumlah langkah gerak motor step ditentukan oleh banyaknya elektromagnet.
Untuk dapat menghasilkan kombinasi medan magnet sesuai metode yang digunakan, diperlukan kombinasi sinyal pada masing-masing input motor step. Untuk motor step bipolar kombinasi sinyal yang diberikan pada masing-masing kumparan untuk mode langkah penuh terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2 sedangkan untuk mode setengah langkah terdapat pada Tabel 3.
Tabel 1 Kombinasi sinyal motor step bipolar untuk mode langkah penuh (satu fase aktif)
Tabel 2 Kombinasi sinyal motor step bipolar untuk mode langkah penuh (dua fase aktif)
Tabel 3 Kombinasi sinyal motor step bipolar untuk mode setengah langkah.
Selain motor step bipolar terdapat juga motor step unipolar (polaritas tunggal). Disebut unipolar karena arus pada kumparan hanya mengalir pada satu arah, tidak seperti motor step bipolar yang dapat mengalir dua arah tergantung polaritas kumparan. Pada motor step unipolar masing-masing elektromagnet diatur secara terpisah seperti terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Konstruksi motor step unipolar
Sumber gambar : Kilian, 2000
Gambar 10 menunjukkan varian dari motor step unipolar, yaitu enam kabel dan lima kabel.
Gambar 10 Simbol untuk varian motor step unipolar (a) enam kabel (b) lima kabel
Untuk motor step unipolar kombinasi sinyal yang diberikan pada masing-masing kumparan untuk mode langkah penuh terdapat pada Tabel 4 dan Tabel 5 sedangkan untuk mode setengah langkah terdapat pada Tabel 6.
Tabel 4 Kombinasi sinyal motor step unipolar untuk mode langkah penuh (satu fase aktif)
Tabel 5 Kombinasi sinyal motor step unipolar untuk mode langkah penuh (dua fase aktif)
Tabel 6 Kombinasi sinyal motor step unipolar untuk mode setengah langkah.
Share
mo sidang tapi masi belom ngerti apa itu motor stepper...
padahal di rancangan, modul robot pake motor stepper unipolar 4 fase.
dapat eferensi bagus di salah satu blog mas Adjie.
neh,, buat baca2 untuk persiapan.
Motor step (stepper motor) adalah salah satu jenis motor DC yang dapat berputar pada langkah tetap dengan besar sudut tertentu. Tidak seperti motor DC biasa yang menghasilkan gerakan putaran kontinyu, motor step menghasilkan gerak putaran diskret (gerakan yang patah-patah) seperti terlihat pada Gambar 1. Besarnya sudut untuk tiap langkah bervariasi antara 0,9 hingga 900. Motor step digunakan pada aplikasi yang memerlukan perputaran pada sudut tertentu namun tidak memerlukan umpan balik dari sensor posisi. Sudut perpindahan dapat diketahui dengan menghitung jumlah langkah yang dilakukan dalam satu putaran.
Gambar 1 Perbedaan antara gerak motor step dengan gerak motor DC kontinyu.
Sumber Gambar : Grant, 2005
Motor step adalah satu-satunya jenis motor DC yang pengendaliannya dapat dilakukan secara open loop. Contoh penggunaan motor step dapat dilihat pada printer, scanner, dan floppy disk drive. Gambar 2 menunjukkan contoh dari suatu motor step.
Gambar 2 Bentuk fisik motor step
Berdasarkan konstruksinya motor step dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Motor step magnet permanen (permanent magnet stepper motor). Motor step jenis magnet permanen dapat bergerak karena adanya interaksi antara magnet permanen dengan elektromagnet yang dihasilkan oleh arus elektrik. Saat tidak terhubung catu daya jika digerakan pada motor step jenis ini akan terasa adanya tahanan magnetik.
Motor step reluktansi variabel (variable reluctance stepper motor). Pada motor step jenis reluktansi variabel tidak terdapat magnet permanen, maka gerak dihasilkan oleh interaksi antar elektromagnet. Saat tidak terhubung catu daya motor step jenis ini tidak akan menghasilkan tahanan magnetik.
Untuk selanjutnya pembahasan difokuskan pada motor step magnet permanen. Gambar 3 menunjukkan konstruksi dasar dari suatu motor step, dalam hal ini jenis magnet permanen, yang terdiri dari rotor berupa magnet permanen dan stator berupa elektromagnet.
Gambar 3 Komponen motor step
Sumber gambar : Kilian, 2000
Berdasarkan polaritasnya motor step magnet permanen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu unipolar (polaritas tunggal) dan bipolar (polaritas ganda). Gambar 4 menunjukkan rangkaian dari suatu motor step bipolar. Dari Gambar 4 terlihat bahwa setiap dua buah elektromagnet yang berseberangan sebetulnya adalah merupakan sebuah kumparan dan disusun sedemikian rupa sehingga jika kumparan dialiri arus kedua elektromagnet tersebut menghasilkan kutub yang berlawanan. Contohnya jika diberi polaritas A + dan B –, maka elektromagnet atas menghasilkan kutub Utara dan elektromagnet bawah menjadi kutub Selatan. Sedangkan jika polaritas dibalik menjadi A – dan B + maka kutub elektromagnet akan berkebalikan, elektromagnet atas menjadi Selatan dan elektromagnet bawah menjadi Utara. Jika diberi polaritas sama, A + dan B + atau A – dan B – maka elektromagnet atas dan bawah tidak aktif.
Gambar 4 Simbol dan diagram pengkabelan motor step bipolar.
Sumber gambar : Kilian, 2000
Terdapat beberapa metode untuk menggerakkan motor step bipolar. Metode yang paling sederhana adalah dengan bergantian mengaktifkan salah satu kumparan (AB atau CD), yang disebut metode satu fase aktif atau sering disebut juga wave mode, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5Metode satu fase aktif pada motor step bipolar
Sumber : SGS-Thomson Microelectronics, 1995
Metode berikutnya adalah metode dua fase aktif dengan mengaktifkan kedua kumparan. Pada metode ini magnet pada rotor akan tertarik oleh dua elektromagnet yang bersebelahan, sehingga posisinya selalu berada di antara dua elektromagnet, seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Metode dua fase aktif pada motor step bipolar
Sumber : SGS-Thomson Microelectronics, 1995
Metode satu fase aktif dan metode dua fase aktif sering disebut juga mode langkah penuh (full step) untuk membedakan dengan mode setengah langkah (half step). Mode setengah langkah menggabungkan antara metode satu fase dan metode dua fase, sehingga dihasilkan jumlah langkah dua kali lipat lebih banyak dalam satu putaran dibanding kedua mode langkah penuh. Motor step dapat menghasilkan 4 langkah saat mode langkah penuh dan 8 langkah saat mode setengah langkah.
Gambar 7 Mode setengah langkah pada motor step bipolar
Sumber : SGS-Thomson Microelectronics, 1995
Untuk menghasilkan jumlah langkah yang lebih banyak, maka pada suatu motor step tidak hanya terdapat empat elektromagnet, tapi dapat berjumlah lebih banyak Meski demikian untuk memudahkan pengaturannya, setiap elektromagnet tidak diatur secara individu, namun terdapat beberapa elektromagnet yang disatukan pengaturannya seperti tergambar pada gambar 8.
Gambar 8 Jumlah langkah gerak motor step ditentukan oleh banyaknya elektromagnet.
Untuk dapat menghasilkan kombinasi medan magnet sesuai metode yang digunakan, diperlukan kombinasi sinyal pada masing-masing input motor step. Untuk motor step bipolar kombinasi sinyal yang diberikan pada masing-masing kumparan untuk mode langkah penuh terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2 sedangkan untuk mode setengah langkah terdapat pada Tabel 3.
Tabel 1 Kombinasi sinyal motor step bipolar untuk mode langkah penuh (satu fase aktif)
Tabel 2 Kombinasi sinyal motor step bipolar untuk mode langkah penuh (dua fase aktif)
Tabel 3 Kombinasi sinyal motor step bipolar untuk mode setengah langkah.
Selain motor step bipolar terdapat juga motor step unipolar (polaritas tunggal). Disebut unipolar karena arus pada kumparan hanya mengalir pada satu arah, tidak seperti motor step bipolar yang dapat mengalir dua arah tergantung polaritas kumparan. Pada motor step unipolar masing-masing elektromagnet diatur secara terpisah seperti terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Konstruksi motor step unipolar
Sumber gambar : Kilian, 2000
Gambar 10 menunjukkan varian dari motor step unipolar, yaitu enam kabel dan lima kabel.
Gambar 10 Simbol untuk varian motor step unipolar (a) enam kabel (b) lima kabel
Untuk motor step unipolar kombinasi sinyal yang diberikan pada masing-masing kumparan untuk mode langkah penuh terdapat pada Tabel 4 dan Tabel 5 sedangkan untuk mode setengah langkah terdapat pada Tabel 6.
Tabel 4 Kombinasi sinyal motor step unipolar untuk mode langkah penuh (satu fase aktif)
Tabel 5 Kombinasi sinyal motor step unipolar untuk mode langkah penuh (dua fase aktif)
Tabel 6 Kombinasi sinyal motor step unipolar untuk mode setengah langkah.
Cara Mengukur Komponen dengan Multimeter
Share
1. Menguji Kondensator
Caranya adalah dengan langkah-langkah berikut di bawah ini:
1. Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
2. Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+) dan colok (-) dihubungkan. Putar adjusment untuk menyesuaikan.
3. Hubungkan colok (-) dengan kaki berkutub negatif kondensator, sedangkan colok (+) dengan kaki positif kondensator. Lihat jarum. Apabila bergerrak dan tidak kembali berarti komponen tersebut masih baik. Jika bergerak dan kembali tetapi tidak seperti posisi semula berarti komponen rusak. Dan apabila jarum tidak bergerak sama sekali dipastikan putus.
2. Menguji Resistor / Tahanan Tetap
Walaupun komponen ini tidak memiliki kutub negatif dan positif tetapi dengan multimeter kita akan menguji kualitasnya. Tidak menutup kemungkinan adanya kerusakan yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya karena terbakar/korsleting karena tidak tahan menahan arus yang lebih besar dari nilainya.
Untuk mengujinya dengan multimeter kita boleh membolak-balik kaki resistor ataupun sebaliknya membolak-balik colok (+) dan colok (-).
Langkah-langkah pemeriksaan resistor:
1. Memutar saklar sampai pada posisi R x Ohm.
2. Kalibrasi dengan menghubungkan colok (+) dan colok (-). Kemudian memutar penyetel sampai jarum menunjuk pada angka nol (0). Atau putar control adjusment untuk menyesuaikan.
3. Setelah itu kita hubungkan pencolok (+) pada salah satu kaki resistor, begitu pula colok (-) pada kaki yang lain.
4. Perhatikan jarum penunjuk. Apakah ia bergerak penuh atau sebaliknya jika bergerak dan tak kembali berarti komponen masih baik. Bila sebaliknya jarum penunjuk skala tidak bergerak berarti resistor rusak.
5. Komponen resistor yang masih baik juga bisa dinilai dengan sama atau tidak nilai komponen resistor yang tertera pada gelang-gelang warnanya dengan pengukuran melalui multimeter.
3. Menguji variabel kondensator
Menguji variabel kondensator bukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kebocoran. Hal ini disebabkan ia tidak terbuat dari bahan-bahan seperti layaknya yang dipakai dalam pembuatan elco, kondensator keramik dan lain sebagainya.
Tujuan pengujian ini hanyalah untuk mengetahui hubungan/kontak langsung antara rotor dan stator. Jika keduanya berhubungan maka tidak dapat dipakai karena korsleting sehingga menimbulkan suara gemerisik pada radio. Biasanya varco ang demikian dapat diketahui dengan cara memutar-mutar varco guna memperoleh signal (gelombang) dan diiringi suara gemerisik yang lebih tajam dari suara pancaran pemancar.
Untuk mengetahui tingkat korsleting pada sebuah varco adalah dengan :
1. Pertama-tama memutar saklar multimeter pada posisi R x Ohm atau 1x dan K.
2. Kalibrasi seperti biasa.
3. Hubungkan colok (-) dan colok (+) pada masing-masing kaki.
4. Putar rotornya. Apabila jarum tak bergerak sama sekali berarti varco dalam keadaan baik. Jika bergerak-gerak maka komponen ini terjadi kontak langsung/korsleting.
4. Menguji Dioda
Komponen ini memiliki sepasang kaki yang mana masing-masing berkutub negatif dan positif. Oleh karena itu dalam menguji nanti hendaknya dilakukan dengan benar dan cermat. Tujuan pengujian alat ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan akibat beberapa hal . Pada dioda yang pernah dipakai dalam suatu rangkaian biasanya disebabkan besarnya tekanan arus sehingga tidak mampu ditahan dan diubah menjadi DC.
Cara pengujian:
1. Saklar diputar pada posisi Ohmmeter, 1x dan Kalibrasi.
2. Hubungkan colok (-) dengan kaki negatif (anoda) dan colok (+) dengan kaki positif (katoda).
3. Kemudian pindahkan pencolok (-) pada kaki anoda dan colok (+) pada kaki katoda. Bila jarum bergerak berarti dioda tersebut rusak. Jika sebaliknya (tak bergerak) maka dioda dalam keadaan baik.
5. Menguji Transformator
Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check apakah masih baik dan berfungsi. Karena untuk trafo biasanya tidak diberi garansi apabila rusak setelah dibeli. Hal ini dimungkinkan adanya pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau primer.
Langkah-langkah:
1. Putar multimeter saklar pada posisi Ohm 1x.
2. Kalibrasi.
3. Hubungkan colok (-) dengan salah satu kaki di gulungan primer, colok (+) pada kaki yang lain di gulungan primer. Bila jarum bergerak maka trafo dalam keadaan baik.
4. Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum multimeter bergerak-gerak maka trafo dalam keadaan baik. Selisih nilai sama dengan selisih tegangan yang tertera pada trafo.
5. Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer kemudian colok yang lain ke gulungan sekunder. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan sekunder dengan body trafo. Lakukan hal sebaliknya.
6. Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer atau sekunder kemudian colok yang lain ke plat pengikat gulungan yang berada di tengah. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan dengan body trafo.
Osciloskope adalah alat yang dapat mengukur besaran-besaran elektronika seperti tegangan ac maupun tegangan dc, frekuensi suatu sumber tegangan ac, dan beda fasa antara dua sumber tegangan yang berlainan, bahkan kita dapat melihat bentuk isyarat tegangan terhadap waktu. Pola-pola gelombang isyarat yang terlihat pada layar osiloskop sebenarnya adalah tumbukan-tumbukan elektron yang lepas dari sumber elektron di dalam tabung dengan layar, yang diatur sedemikian rupa oleh medan-medan yang dihasilkan keping-keping sejajar horizontal dan vertikal. Keping-keping ini menimbulkan medan listrik yang besarnya tergantung pada tegangan inputnya, sehingga bila ada elektron yang melewati diantara keduanya akan dibelokkan sesuai dengan besar tegangan inputnya, sehingga pada layar akan terlihat pola-pola isyarat dari isyarat masukan.
Share
1. Menguji Kondensator
Caranya adalah dengan langkah-langkah berikut di bawah ini:
1. Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
2. Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+) dan colok (-) dihubungkan. Putar adjusment untuk menyesuaikan.
3. Hubungkan colok (-) dengan kaki berkutub negatif kondensator, sedangkan colok (+) dengan kaki positif kondensator. Lihat jarum. Apabila bergerrak dan tidak kembali berarti komponen tersebut masih baik. Jika bergerak dan kembali tetapi tidak seperti posisi semula berarti komponen rusak. Dan apabila jarum tidak bergerak sama sekali dipastikan putus.
2. Menguji Resistor / Tahanan Tetap
Walaupun komponen ini tidak memiliki kutub negatif dan positif tetapi dengan multimeter kita akan menguji kualitasnya. Tidak menutup kemungkinan adanya kerusakan yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya karena terbakar/korsleting karena tidak tahan menahan arus yang lebih besar dari nilainya.
Untuk mengujinya dengan multimeter kita boleh membolak-balik kaki resistor ataupun sebaliknya membolak-balik colok (+) dan colok (-).
Langkah-langkah pemeriksaan resistor:
1. Memutar saklar sampai pada posisi R x Ohm.
2. Kalibrasi dengan menghubungkan colok (+) dan colok (-). Kemudian memutar penyetel sampai jarum menunjuk pada angka nol (0). Atau putar control adjusment untuk menyesuaikan.
3. Setelah itu kita hubungkan pencolok (+) pada salah satu kaki resistor, begitu pula colok (-) pada kaki yang lain.
4. Perhatikan jarum penunjuk. Apakah ia bergerak penuh atau sebaliknya jika bergerak dan tak kembali berarti komponen masih baik. Bila sebaliknya jarum penunjuk skala tidak bergerak berarti resistor rusak.
5. Komponen resistor yang masih baik juga bisa dinilai dengan sama atau tidak nilai komponen resistor yang tertera pada gelang-gelang warnanya dengan pengukuran melalui multimeter.
3. Menguji variabel kondensator
Menguji variabel kondensator bukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kebocoran. Hal ini disebabkan ia tidak terbuat dari bahan-bahan seperti layaknya yang dipakai dalam pembuatan elco, kondensator keramik dan lain sebagainya.
Tujuan pengujian ini hanyalah untuk mengetahui hubungan/kontak langsung antara rotor dan stator. Jika keduanya berhubungan maka tidak dapat dipakai karena korsleting sehingga menimbulkan suara gemerisik pada radio. Biasanya varco ang demikian dapat diketahui dengan cara memutar-mutar varco guna memperoleh signal (gelombang) dan diiringi suara gemerisik yang lebih tajam dari suara pancaran pemancar.
Untuk mengetahui tingkat korsleting pada sebuah varco adalah dengan :
1. Pertama-tama memutar saklar multimeter pada posisi R x Ohm atau 1x dan K.
2. Kalibrasi seperti biasa.
3. Hubungkan colok (-) dan colok (+) pada masing-masing kaki.
4. Putar rotornya. Apabila jarum tak bergerak sama sekali berarti varco dalam keadaan baik. Jika bergerak-gerak maka komponen ini terjadi kontak langsung/korsleting.
4. Menguji Dioda
Komponen ini memiliki sepasang kaki yang mana masing-masing berkutub negatif dan positif. Oleh karena itu dalam menguji nanti hendaknya dilakukan dengan benar dan cermat. Tujuan pengujian alat ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan akibat beberapa hal . Pada dioda yang pernah dipakai dalam suatu rangkaian biasanya disebabkan besarnya tekanan arus sehingga tidak mampu ditahan dan diubah menjadi DC.
Cara pengujian:
1. Saklar diputar pada posisi Ohmmeter, 1x dan Kalibrasi.
2. Hubungkan colok (-) dengan kaki negatif (anoda) dan colok (+) dengan kaki positif (katoda).
3. Kemudian pindahkan pencolok (-) pada kaki anoda dan colok (+) pada kaki katoda. Bila jarum bergerak berarti dioda tersebut rusak. Jika sebaliknya (tak bergerak) maka dioda dalam keadaan baik.
5. Menguji Transformator
Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check apakah masih baik dan berfungsi. Karena untuk trafo biasanya tidak diberi garansi apabila rusak setelah dibeli. Hal ini dimungkinkan adanya pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau primer.
Langkah-langkah:
1. Putar multimeter saklar pada posisi Ohm 1x.
2. Kalibrasi.
3. Hubungkan colok (-) dengan salah satu kaki di gulungan primer, colok (+) pada kaki yang lain di gulungan primer. Bila jarum bergerak maka trafo dalam keadaan baik.
4. Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum multimeter bergerak-gerak maka trafo dalam keadaan baik. Selisih nilai sama dengan selisih tegangan yang tertera pada trafo.
5. Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer kemudian colok yang lain ke gulungan sekunder. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan sekunder dengan body trafo. Lakukan hal sebaliknya.
6. Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer atau sekunder kemudian colok yang lain ke plat pengikat gulungan yang berada di tengah. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan dengan body trafo.
Osciloskope adalah alat yang dapat mengukur besaran-besaran elektronika seperti tegangan ac maupun tegangan dc, frekuensi suatu sumber tegangan ac, dan beda fasa antara dua sumber tegangan yang berlainan, bahkan kita dapat melihat bentuk isyarat tegangan terhadap waktu. Pola-pola gelombang isyarat yang terlihat pada layar osiloskop sebenarnya adalah tumbukan-tumbukan elektron yang lepas dari sumber elektron di dalam tabung dengan layar, yang diatur sedemikian rupa oleh medan-medan yang dihasilkan keping-keping sejajar horizontal dan vertikal. Keping-keping ini menimbulkan medan listrik yang besarnya tergantung pada tegangan inputnya, sehingga bila ada elektron yang melewati diantara keduanya akan dibelokkan sesuai dengan besar tegangan inputnya, sehingga pada layar akan terlihat pola-pola isyarat dari isyarat masukan.
Tips Membeli Komponen Elektronika
Mungkin dalam membeli komponen adalah hal yang selalu kita lakukan sebelum kita mengerjakan rangkaian elektronika yang kita rancang menjadi sebuah alat. Ada beberapa tips buat kamu-kamu yang mau beli komponen.
1. Pertama-tama kita harus sudah mempunyai susunan rangkaian elektronika yang akan kita buat, lebih baik lagi kalau kita sudah mempunyai hasil layoutan-nya.
Tapi itu tergantung juga bagaimana cara kita melayout, ada yang melayout secara manual dengan melihat bentuk kaki dan ukuran komponen. Ada pula yang melayout komponen dengan software, jadi lebih praktis. Ukuran dan susunan kaki komponen sudah terprogram dalam software, tinggal print aja.
1. Listing komponen yang akan kita beli. Berapa jumlah dan ukuran nilai komponen tersebut. Prioritaskan komponen-komponen yang vital. Catat listing komponen tersebut agar lebih memudahkan dalam menge-ceknya kembali.
2. Apabila ada bagian tambahan seperti chasing alat atau hal lain selain komponen elektronika. Belilah saat terakhir, dimana semua komponen telah dibeli.
3. Apabila itu adalah pekerjaan kelompok. Lebih baik apabila kita membeli komponen secara kolektif/urunan. Jadi biaya pembelian bisa lebih murah, karena pasti ada diskon dari penjual. Kalau tidak ada, kita minta dunk, khan beli banyak ;p
4. Pada saat membeli komponen, usahakan kita membeli komponen di toko langganan kita. Atau paling tidak kita survei dulu harga komponen-komponen yang akan kita beli (tidak semuanya kita survei, yang penting aja).
Ex: Saya pernah membeli multitune per biji harganya Rp. 6000,00 tapi setelah jalan-jalan dan iseng2 tanya ke toko sebelah kok beda jauh ya. Di situ dijual Rp.4000,00. Jangan lupa minta tanda pembelian / bon / kwitansi.
1. Belilah komponen di toko yang spesifik menjual komponen elektronika yang kamu maksudkan. Ada beberapa toko elektronika yang hanya menjual komponen-komponen tertentu saja. Misalnya: toko trafo, toko kabel, toko mikrokontroller dan lcd matrix, dll.. Biasanya di toko seperti ini harga yang ditawarkan lebih murah dan terjamin.
2. Tanyalah pada penjual bagiamana kualitas komponen yang kamu beli. Karena biasanya komponen yang dijual di pasaran adalah kualitas no 5 ke bawah. Sebab komponen yang bagus kebanyakan adalah hasil import dan lain merk dan kualitas lain juga harga yang ditawarkan, walaupun itu hanya komponen sederhana seperti resistor, transistor maupun trafo. Komponen elektronika import biasanya dari jepang, amerika, korea, malaysia, dll.
3. Apabila ada komponen elektronika yang tidak kita temui saat berbelanja. Tanyalah persamaan komponen tersebut pada penjual atau cari melalui kamus persamaan komponen atau juga bisa melihat datasheet komponen yang bersangkutan. Kalau masih belum ada juga, pindah ke toko yang lain lagi … Kalau belum ketemu juga, wuihh … terpaksa kita ganti komponen itu dengan dengan komponen yang lainnya tanpa merubah susunan dan prinsip kerja alat.
4. Jangan lupa terakhir adalah membeli PCB dengan ferichlorit untuk tempat komponen kamu berdiri.
5. Timah solder ma pastanya jangan lupa euy …
6. Kalau semua sudah beres, kumpulkan kwitansi dari pembelian untuk mengkalkulasi pembelian kita dalam pembuatan sebuah rangkaian elektronika ini, jadi biar nggak boros-boros amat
1. Pertama-tama kita harus sudah mempunyai susunan rangkaian elektronika yang akan kita buat, lebih baik lagi kalau kita sudah mempunyai hasil layoutan-nya.
Tapi itu tergantung juga bagaimana cara kita melayout, ada yang melayout secara manual dengan melihat bentuk kaki dan ukuran komponen. Ada pula yang melayout komponen dengan software, jadi lebih praktis. Ukuran dan susunan kaki komponen sudah terprogram dalam software, tinggal print aja.
1. Listing komponen yang akan kita beli. Berapa jumlah dan ukuran nilai komponen tersebut. Prioritaskan komponen-komponen yang vital. Catat listing komponen tersebut agar lebih memudahkan dalam menge-ceknya kembali.
2. Apabila ada bagian tambahan seperti chasing alat atau hal lain selain komponen elektronika. Belilah saat terakhir, dimana semua komponen telah dibeli.
3. Apabila itu adalah pekerjaan kelompok. Lebih baik apabila kita membeli komponen secara kolektif/urunan. Jadi biaya pembelian bisa lebih murah, karena pasti ada diskon dari penjual. Kalau tidak ada, kita minta dunk, khan beli banyak ;p
4. Pada saat membeli komponen, usahakan kita membeli komponen di toko langganan kita. Atau paling tidak kita survei dulu harga komponen-komponen yang akan kita beli (tidak semuanya kita survei, yang penting aja).
Ex: Saya pernah membeli multitune per biji harganya Rp. 6000,00 tapi setelah jalan-jalan dan iseng2 tanya ke toko sebelah kok beda jauh ya. Di situ dijual Rp.4000,00. Jangan lupa minta tanda pembelian / bon / kwitansi.
1. Belilah komponen di toko yang spesifik menjual komponen elektronika yang kamu maksudkan. Ada beberapa toko elektronika yang hanya menjual komponen-komponen tertentu saja. Misalnya: toko trafo, toko kabel, toko mikrokontroller dan lcd matrix, dll.. Biasanya di toko seperti ini harga yang ditawarkan lebih murah dan terjamin.
2. Tanyalah pada penjual bagiamana kualitas komponen yang kamu beli. Karena biasanya komponen yang dijual di pasaran adalah kualitas no 5 ke bawah. Sebab komponen yang bagus kebanyakan adalah hasil import dan lain merk dan kualitas lain juga harga yang ditawarkan, walaupun itu hanya komponen sederhana seperti resistor, transistor maupun trafo. Komponen elektronika import biasanya dari jepang, amerika, korea, malaysia, dll.
3. Apabila ada komponen elektronika yang tidak kita temui saat berbelanja. Tanyalah persamaan komponen tersebut pada penjual atau cari melalui kamus persamaan komponen atau juga bisa melihat datasheet komponen yang bersangkutan. Kalau masih belum ada juga, pindah ke toko yang lain lagi … Kalau belum ketemu juga, wuihh … terpaksa kita ganti komponen itu dengan dengan komponen yang lainnya tanpa merubah susunan dan prinsip kerja alat.
4. Jangan lupa terakhir adalah membeli PCB dengan ferichlorit untuk tempat komponen kamu berdiri.
5. Timah solder ma pastanya jangan lupa euy …
6. Kalau semua sudah beres, kumpulkan kwitansi dari pembelian untuk mengkalkulasi pembelian kita dalam pembuatan sebuah rangkaian elektronika ini, jadi biar nggak boros-boros amat
Langganan:
Postingan (Atom)