Kampus Teknik Elektro Medik
Selamat Datang diBLOG Mata Kuliah Teknik Elektro Medice di kelola oleh: Mardiana, S.T.

Senin

Syukur Q

Saya bersyukur, memiliki kesehatan untuk menulis artikel ini. Sementara banyak orang yang tidak bisa duduk tegak, apalalgi menulis artikel.
Saya bersyukur, memiliki mata yang bisa membantu saya dalam membaca dan menulis. Sementara banyak orang yang tidak bisa melihat.
Saya bersyukur, sering “diganggu” oleh My brother and sister
Saya bersyukur ….
Ini baru seputar menulis artikel. Begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada saya dan begitu juga kepada Anda yang membaca artikel ini. Inilah maksud saya, jika diteruskan, tidak akan pernah tamat untuk menyebutkan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nahl: 18)
Maka, pantaslah jika Allah bertanya kepada kita,
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar Rahman:13)
Sungguh aneh orang yang tidak mau bersyukur. Sungguh rugi orang tidak mau bersyukur. Padahal, jika kita bersyukur, nikmat kita akan bertambah.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim:7)
Mudah-mudahan, artikel motivasi ini bisa menambah kepekaan kita melihat nikmat Allah dan menjadikan kita sebagai hamba yang pandai bersyukur.

Kamis

Sejarah Radiologi

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.


Wilhelm Conrad Roentgen


Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.


Foto Tangan Istri Roentgen


Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.

Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.

Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.

Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.

Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X, sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu revolusi dalam ilmu kedokteran.

Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini.

Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.

Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.

Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya.

Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.

Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).

Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping radiodiagnostik.

Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.

Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi.

Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZ Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.

Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad, Ny. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya.

Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.

Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952.

Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik.

Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA.

Dengan semakin banyaknya jumlah asisten Roentgen yang berpengalaman, bahkan beberapa diantaranya mendapat pendidikan tambahan di luar negeri, maka pelajaran-pelajaran di APRO sebagian besar sudah dapat diberikan oleh para asisten Roentgen dan hanya Direktur sajalah yang berpangkat ahli radiologi karena merupakan syarat bagi suatu akademi. Para ahli radiologi sangat berkepentingan dalam perkembangan dan peningkatan mutu para asisten Roentgen, yang sekarang nama resminya menjadi penata Roentgen.

Pengujian SPEED FILM

Latar Belakang
Setiap film yang dibuat oleh perusahaan pembuat film, memiliki respon yang berbeda-beda terhadap eksposi yang mengenainya baik oleh cahaya tampak maupun radiasi seperti sinar-x. Akibat respon yang berbeda inilah, maka muncul istilah film speed (kecepatan film).

Dasar Teori
Definisi Speed Film (Kecepatan film) adalah respon film terhadap eksposi baik oleh cahaya tampak maupun sinar-x yang ditandai dengan adanya densitas pada film, semakin cepat film menghitam, maka semakin tinggi kecepatan film tersebut. Menurut ANSI (American National Standards Institute), Speed film x-ray di definisikan sebagai eksposi yang dibutuhkan oleh film untuk mencapai densitas sebesar 1. Jadi film yang mencapai densitas sebesar 1, maka film tersebut telah mencapai persyaratan speed film. Seandainya ada beberapa merk film yang ingin dibandingkan kecepatannya, maka film yang terlebih dahulu mencapai nilai densitas sebesar 1 (setelah diberi perlakuan yang sama) maka film tersebut dikatakan film dengan kecepatan paling tinggi diantara film yang dibandingkan tersebut.



Alat dan Bahan

1. Film yang akan dibandingkan speed nya (harus lebih dari satu merk)
2. Densitometer (jika memungkinkan yang digital)
3. Stepwedge yang berlisensi RMI
4. Pesawat Sinar-x
5. Automatic Processor
6. Kertas milimeter block

Prosedur pengujian

1. Stepwedge di ekspose dengan menggunakan film merk A (dg kaset merk A juga) dan film merk B (dg kaset merk B juga).





2. Eksposi dilakukan dengan menggunakan faktor eksposi yang sama dan pesawat sinar-x yang sama juga.

3. Setelah itu film diproses dengan menggunakan prosesing otomatis yang sama, pada waktu yang sama.

4. Setelah diproses, ukur masing-masing step pada gambaran stepwedge yang tampak dengan menggunakan Densitometer.





5. Setelah di dapat hasilnya, buat kurva karakteristik dari kedua gambaran stepwedge tsb dalam satu grafik.

6. Setelah jadi kurva karakteristiknya, tarik garis ke kanan, dari nilai densitas = 1,00 + Densitas dari Basic Fog. Kurva yang pertama terkena garis tadi merupakan film yang speednya paling tinggi.

Contoh Hasil Pengujian
Pengujian kali ini dilakukan di Laboratorium Radiografi Program Studi D III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Universitas Baiturrahmah, Padang. Eksposi yang dilakukan menggunakan kV = 60 dan mAs = 8, Pesawat Sinar-X Merk Siemens Multimobile 150 mA dan Automatic Processing merk Agfa Shallow Tank dengan kecepatan 90 detik. Film yang digunakan dua merk yaitu Agfa dan Kodak (keduanya green sensitif, medium speed)





Analisis Data Menggunakan Kurva Karakteristik



Dari kurva karakteristik yang dihasilkan dari data pengujian film Agfa dan Kodak di dapat kesimpulan bahwa Film Kodak mempunyai speed film lebih tinggi dibandingkan dengan Film Agfa. Namun jika dilihat dari Densitas Maksimum yang dihasilkan, Film Agfa memiliki Densitas maksimum lebih tinggi dibandingkan dengan densitas maksimum yang dihasilkan Film Kodak.
Berdasarkan pengalaman, faktor eksposi yang digunakan untuk Film Kodak biasanya lebih rendah dibandingkan dengan Agfa, namun Hasil radiograf Film Agfa tampak lebih jelas kontrasnya jika dibandingkan Film Kodak yang jika dilihat gambarannya cenderung berwarna hitam kecoklatan.

Cardiothoracic Ratio (CTR)

ada pemeriksaan radiologi khususnya Thorax, kadang-kadang ditemukan dimana ukuran bayangan jantung terlihat lebih besar dari biasanya. Meskipun terlihat lebih besar dari biasanya, kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa jantung tersebut mengalami pembesaran atau biasa disebut Cardiomegally. Untuk menentukan apakah jantung tersebut mengalami pembesaran, maka diperlukan sebuah perhitungan yang disebut dengan Cardiothoracic Ratio, mau tahu bagaimana pengukurannya....

Sebelum kita mulai dengan Cardiothoracic Ratio, mari kita mulai dari anatomi jantung terlebih dahulu.

Anatomi dan Fisiologi Jantung

Jantung adalah pusat dari sistem kardiovaskuler yang terletak dalam rongga dada diantara 2 paru. Jantung dilapisi oleh sebuah kantung disebut perikardium (kantong fibroserosa), fungsinya adalah membatasi pergerakan jantung dan menyediakan pelumas. Perikardium terletak dalam mediastinum medius, posterior terhadap corpus sterni dan kartilago costae II sampai VI.

Perikardium terdiri dari :
1. Perikardium fibrosum → terletak di bagian luar dan terikat kuat

2. Perikardium serosum (bagian dalam ) terdiri dari :
- lamina parietalis berdekatan dengan perikardium fibrosum
- Lamina visceralis berhubungan erat dengan jantung = epikardium
Ruang diantara lamina parietalis dan visceralis disebut cavitas perikardiak, yang berisi cairan perikardial, berfungsi sebagai pelumas.



Batas jantung
- Batas kanan oleh atrium kanan
- Batas kiri oleh auricula sinistra
- Bawah oleh ventrikel sinistra

Ruang-ruang jantung → dibagi oleh septum vertikal menjadi empat bagian atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra dan ventrikel sinistra.

Otot jantung terdiri dari tiga lapisan
1. Endokardium (bagian dalam)
2. Miokardium
3. Epikardium

Otot atrium lebih tipis dibandingkan otot ventrikel. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis (terdiri dari tiga daun katup). Antara atrium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup mitralis ( terdiri dari dua daun katup).

Antara ventrikel kiri dan aorta dan ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunaris ( terdiri dari tiga daun katup). Gerakan katup pada dasarnya adalah pasif, membuat aliran darah menuju kesatu arah.

Otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yg mirip dengan otot rangka, hanya kontraksi otot jantung lebih lama. Umumnya jantung berkontraksi secara ritmik sekitar 70 – 90 denyut/menit pada orang dewasa. Konduksi jantung terdiri atas otot jantung khusus yang terdapat pada nodus sinuatrialis, nodus atrioventrikularis, fasikulus atrioventrikularis (sinistra & dextra) dan sub-endokardial serabut purkinje

Nodus sinoatrial terletak pada dinding atrium dextra dibagian atas tepat disebelah kanan muara vena cava superior. Nodus atrioventrikular terletak di bagian bawah tepat diatas tempat perlekatan septum trikuspidalis. Fasciculus atrioventrikular ( berkas his) merupakan jalur serabut otot jantung yang menghubungkan miokardium atrium dan ventrikel terdiri dari cabang berkas kanan (right bundle branch) dan cabang berkas kiri ( left bundle branch)

Teknik Radiografi Thorax

Untuk mendapatkan gambaran dari bayangan jantung, kita membutuhkan sebuah foto thorax dengan proyeksi Postero Anterior (PA). Untuk mendapatkan foto thorax yang baik, maka harus mengikuti Teknik Radiografi Thorax yang benar.

Posisi Pasien
Pasien diupayakan untuk berdiri (erect) membelakangi tabung sinar-x. Hal ini dikarenakan, saat berdiri, maka semua bentuk anatomi dari Paru-Paru dan Jantung berada pada posisi yang normal. Jika foto thorax terutama untuk melihat bayangan jantung dilakukan supine (tidur terlentang), maka gambaran jantung akan terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan berdiri. Jantung itu ibarat balon yang diisi dengan air, sehingga apabila diposisikan supine akan melebar ke samping. Lagipula dengan posisi pasien yang erect, foto thorax akan memberikan informasi tambahan yang sebenarnya, seandainya saja pada rongga thorax pasien terdapat cairan. Dengan berdiri, cairan akan berada di bawah (sesuai dengan sifat air yang selalu menempati tempat terbawah), sehingga mudah di diagnosa.


Posisi Objek

Kedua punggung tangan diletakkan di atas pinggang masing-masing. Kedua shoulder terletak pada bidang yang sama supaya thorax simetris antara kanan dan kiri. Kepala di ekstensikan dan dagu diletakkan di atas kaset atau bucky stand. Kedua siku di dorong kedepan supaya bagian anterior dada menempel sempurna di kaset.

Central Ray dan Central Point

Central Ray di arahkan tegak lurus horizontal terhadap kaset dan di pusatkan setinggi thorakal VI.





Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR)

Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan CTR nya kita harus membuat garis-garis yang akan membantu kita dalam perhitungan CTR ini.
1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas sampai ke bawah thorax.

2. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan sebagai titik A.

3. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai titik B.

4. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B

5. Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C.

6. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis mediastinum.

7. Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik D

Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di dapatkan foto thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :


Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :



Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50% maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally)
Contoh :
Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A ke B = 10 cm
Panjang garis C ke D = 15 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantun pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai Cardiomegally atau tidak?
Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan nilai-nilai tersebut di atas.



karena nilai ratio nya melebihi 50%, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung).

Beberapa Penyebab Cardiomegally

1. Atrial Septal Defect (ASD)
ASD adalah kelainan pada sekat atrium. Ini merupakan kelainan bawaan, dimana 80% - 90% terjadi pada orang dewasa. Wanita 3 kali lebih banyak daripada laki-laki yang memiliki kelainan ASD ini. Pada kasus ASD terjadi pembesaran pada ventrikel kanan dan seluruh bagian dari arteri pulmonaris. Atrium kanan juga mengalami pembesaran, namun pada foto thorax sulit dibedakan dengan pembesaran pada ventrikel kanan.

Contoh Foto Thorax Pada Kasus ASD



2. Mitral Stenosis
Mitral Stenosis merupakan akibat dari rheumatic carditis yang terjadi 5 sampai 10 tahun sebelumnya. Mitral Stenosis akan memperlihatkan pembesaran bayangan jantung dikarenakan terjadi oedema pada arteri pulmonaris. Awalnya rheumatic Mitral Stenosis didistribusikan oleh arteri pulmonaris ke lobus bagian atas dari paru-paru. Kemudian arteri pulmonaris membesar seiring dengan terjadinya hipertensi pada arteri pulmonaris. Pada foto thorax akan tampak membesar atrium kiri, ventrikel kanan dan cabang-cabang dari arteri pulmonaris



3. Left Ventricular Aneurysm (LVA)
LVA adalah aneurisma yang terjadi pada ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena terjadi pembesaran pada ventrikel kiri. Ventrikel kiri ini membesar akibat beberapa penyakit seperti TB, Kalsifikasi Infark atau Asbestos Disease.

Proteksi radiasi atau proteksi radiologi

Proteksi radiasi atau proteksi radiologi 
Pengukuran yang berhubungan dengan pembatasan pengaruh merusak akibat 
radiasi pengion pada manusia, misalnya pembatasan paparan eksternal radiasi, 
pembatasan penyatuan radionuklida, juga pembatasan penyakit akibat cedera 
karena hal di atas
http://ansn.bapeten.go.id/download.php?fid=&filename=65.pdf&down=1

1. Perananan radiology dalam kedokteran?
2. Sinar –X : Definisi , sifat, proses terjadinya ?
3. Prosedur kerja kamar gelap ?
4. Syarat foto thorax layak baca  ; indikasi foto thorax ; yg dinilai pd foto thorax?
5. Media kontras beserta kadarnya ?
6. Cholecystografi : Definisi , macam, bahan kontrasnya, prosedurnya ?
7. Prinsip USG ?
8. BNO-IVP : prinsip , prosedur , bahan kontras (dosis), Persiapan, efek samping, penggunaan/penanggulangan ?
9. Posisi occipital ?
10. Posisi for-opticum
11. Posisi Mastoid
12. Posisi sinus paranasal
13. Posisi cervical
14. Kapan HSG dilakukan pada siklus mens ? mengapa ?
15. Prinsip kerja CT-Scan
16. Persiapan OMP 
17. HSG : kontras , indikasi , KI , kenapa di lakukan hari ke-9/10
Jawab :
1. Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yg menggunakan energi ion /non ion, yg dapat di gunakan sebagai sarana diagnosis (normal/sakit) dan therapy (radiasi,fisiotherapy,dll).

2. Definisi Sinar-X
à Pancaran gel. Elektromagnetik yg sejenis dgn gel. Radiasi, Panas, cahaya dan sinar UV, tetapi dgn panjang gel yg sangat pendek yaitu 1/10.000 pjg gel cahaya tempat proses terjadinya
       Sifat Sinar-X :
-         Daya tembus sgt besar
-         Pjg gel sgt pendek (1/10.000) dr pjg gel chy tampak.
-         Dpt mengionisasi zat.
-         Dpt menghitamkan plat film (photographic effect)
-         Fluoresensi 
-         Biologic effect à menimbulkan perubahan biologis pd jaringan.
-         Penyerapan à mkn ↑ kepadatan (berat atomnya) , >> penyerapannya.

Proses terjadinya Sinar-X :
1.      Katoda dipanaskan ( > 20.000 ºc )sampai menyala dgn mengalirkan listrik yg berasal dari transformator.
2.      Karena panas, elektron2 dr katoda terlepas.
3.      Waktu dihubungkan dengan transformator teg tinggi, elektron2 dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat.
4.      Filamen dibuat relative negative thd sasaran (target)  dgn memilih potensial tinggi.
5.      Awan2 elektron mendadak dihentikan pd sasaran shg terbentuk panas ( 99 % ) dan sinar X (1 %)
6.      Pelindung ( perisai ) timah akan mencegah keluarnya Sinar–X dr tabung, shg sinar X yg terbentuk hanya dpt keluar melalui jendela.
7.      Panas yg tinggi pd sasaran akibat benturan electron ditiadakan dgn radiator pendingin.
3. Syarat kamar gelap :
-         Ukuran memadai & proporsional dgn kapasitas dan beban kerja
-         Terlindung dr radiasi, sinar matahari dan bhn kimia lain, selain lar u/ pengolahan foto.
-         Sirkulasi & suhu udara baik ( 16 – 21 ºc)
-         Air yg bersih
-         Dinding & lantai yg thn keropos
-         Kelengkapan alat2 kmr gelap yg ememadai
-         Lampu kamar gelap yg aman & tidak bocor


4. Syarat foto thorax yg baik :
-         Simetris à  jrk clavicula-sternum ka-ki – sinus costofrenicus sama tinggi dalam diafragma.
-         Tidak terpotong
-         Tidak kabur/goyang
-         Tidak ada artefak
-         Scapula hrs terbuka
-         Densitasnya baik à t’lihat vertebra 1-4 dgn jelas ( selebinya gak jelas )
-         Ada label
-         Ada marker
-         Inspirasi dalam & optimalà t’lihat costa 6 ( depan ), costa 1-9 (blkng)  dgn jelas.
      
       Indikasi foto thorax :
-         Medical check up
-         Persiapan operasi
-         Trauma thorax à emfisema subkutis, hemato thorax, pneumonia
-         Batuk kronis >> 2 mggu
-         Nyeri dada
-         Kelainan jtg
-         Sesak
-         Mencari metastasis ca
-         Aspirasi 
-         RSD ( respiration syndrome distress ) à kelainan jt congenital , Aspirasi mekonium.

Yg dinilai pd foto thorax:
5.  Media kontras à zat yg dapat membedakan antara jaringan dan tulang pada foto Rő.

Macam Media Kontras :
1.      Mk positif (BA tinggi ) à padat / cair
            Co/ Yodium, Barium
2.      Mk negative (BA rendah) à gas
            Co/ Udara, O2, Co2.
Guna media kontras :
-         melihat f/ organ yg diperiksa
-         melihat bentuk & anatomi organ

Cara masuk kontras :
-         Oral à oesophagography, analisa jtng, duodenum, cholesystograpy oral.
-         IV    à BNO-IVP , CT-Scan , Cholesysthography IV, Arteriography.
-         Intra anal à colon inloop
-         Intra vaginal à HSP ( Hystero Salphyngo Graphy )
-         Intra uretra à urethrocystography
-         Intra ductus à Sialography
-         Intra dural à Myelography.

Media kontras & kadar :
-         Oesofagus à BaSo4 kental (oral) ---  1 : 2
-         Lambung /Duodenum à BaSo4 encer (oral)    --- 1 : 3
-         Colon à BaS04 enema (>> encer ) --- 1 : 8 / 1 : 10
-         HSGà Urografin 60%, Lipiodol ultrafluid , Hipaque 5%, Endografin
-         BNO – IVP à Urografin 76%, Telebrix 300mg/1amp (sesuai buku), Omniopaque 300 mg.
-         RPG/APG à urografin 76% , Telebrix 350 mg ½ amp
-         CT-Scan à Iopamiro 350 mg, Ultravist 350-370 mg

-         Cholesistography :      - Oral à Biloptin /Telepaque 3 gr.
                                                - IV    à Iodipamide ( Iodine 50 % ).
-         Bronkhografi
KI MK :
-         anak2
-         lansia
-         ggn jtg
-         astma
-         alergi seafood, obat
-         hypertensi
-         anxietas tanpa sebab

Reaksi yg timbul ok MK :
1.      khemotoksitosis
2.      Osmotoksisitas
3.      Toksisitas Ion
4.      Dosis >>
☺ Efek samping :

RINGAN :
-         mual muntah
-         rasa panas
-         bersin menguap
-         tenggorok mengelitik & batuk
th/ : 
-         tenangkan ps
-         miringkan kepala
-         beri o2
-         gelisa kasih valium 5-10 mg IV pelan2
            
SEDANG ( rx kulit/sejenis alergi):
-         kemerahan local di tempat suntikan
-         urtikaria dgn/≠ gatal
-         bengkak urtikaria
th/ :
-         antihistamin IV
-         kortikosteroid IV

BERAT :
-         kemerahan di muka & seluruh tubuh
-         rasa takut, cemas, gelisah
-         utrikaria selurh tbh + gatal
-         mengigil & skt punggung
-         muntah + hilang kesadaran
th/:
-         stop kontras
-         baringkan tungkai lbh tinggi dr kepala
-         adrenalin 1 mg/1ml IM
-         infuse
-         bila adrenalin respon - , beri O2 / masker endotracheal

tambahan :
-          kortikosteroid IV ( hidrokortison/dexametason) à 2- 6 mg / kgBB.
-         Antihistamin IV ( prometasin /difenhidramin ) à 0,5 – 1 mg /kgBB
-         Bronchodilator aerosol bila ada spasme / semprot lewat masker / aminofilin IV 10 menit dgn infuse.
-        
Konsul sito : hub IRD / anestesi / ICU
6. Cholesistografi :
àMacam : Oral dan IV

Bhn kontras :
-         Sodiumopodate (biloptin)
-         telepaque
-         calsiumopodate (Solubiloptin)

dosis = 3 gr.
Indikasi :
-         Ggn fungsi empedu
-         Batu 
-         Radang
-         Tumor 
-         Paska cholesistekomi
-         Kolesterosis
-         Cholelitiosis
-         Kel. Congenital

Kontra indikasi :
-         Alergi kontras
-         Tirotoksikosis
-         Kel. Jtng berat
-         KU yg buruk.


Prosedur :
☺Oral :
-         makanan siang adl makanan terakhir yg mengandung lemak ( sehari sebelum pemeriksaan dilakukan)
-         Stl makan malam yg tidak mengandung lemak, diberikan 3 gran telepaque at biloptin oral
-         Foto polos abdomen dibuat sebelum pemberian kontras 12-14 jam stl pemberian kontras.
-         Buat foto berdiri u/ melihat gbr batu yg berlapis2 ( msh tersembunyi ) atau foto lateral dekubitus.
-         Ps diberikan makanan yg mengandung lemak tdr dr : roti yg diolesi mentega, telur mata sapi & 4 gelas susu. 10 –15 mnt kemudian dibuat foto BNO u/ melihat kontraksi kandung empedu.
-         Dpt pula di buat foto 30 mnt & 1 jam.

☺IV :
-         kontras lodopomide ( bilegrafin ) 20 ml
-         bhn kontras disuntikan p’lahan 15-30 mnt dgn infuse
-         permeriksaan dlakukan pd saat pasien uasa
-         foto polos abdomen dibuat 15 mnt stlh infuse dimulai, jika duktus sdh tampak dibuat tomogram.
-         Foto b’rikutnya 2 jam stlh infuse.
7.Prinsip  USG :
      -     Definisi à prmx dgn m’gunakan gel suara dgn frekwensi tinggi (1-10 Mhz)
-         Prinsip à gel frek ↑ dihasilkan dari kristal yg tdp dlm alat yg disbt transducer, perubahan bentuk akibat gaya mekanis pd kristal akan menimbulkan tegangan listrik(fenomena efek piezoelectric).

Indikasi USG :
-         menemukan / menentukan kelainan adanya suatu masa dalam rongga abdomen dan pelvis
-         membedakan kista dan masa solid
-         mempelajari gerak organ , dan juga dapat mengetahui gerak janin dan jantungnya.
-         Membantu biopsy jarum terpimpin
-         Mengukur/menentukan volume organ
8.
BNO 
àyg dinilai kandung kemih & ginjal :
-         distribusi udara dlm usus rata / ≠
-         contour ginjal N / ≠
-         batu : radiopak , radiolusent (   ≠ tampak pd BNO dgn ivp t’ lihat).
-         Psoas line simetris /≠
-         Tlg vertebra, tlg pelvis à scoliosis, spur
IVP :

Persiapan :
-         informed consent dgn materai
-         tes alergi thd kntras
-         2 hr sblm px ps hrs makan bubur kecap
-         puasa 12 jam ( 8 –10 jam sblmnya diberi laxan dan ps disuruh bergerak agar usus kosong dari feces dan gas)

Kontras :
-         urografin 60% at 76% dosis 20, 40,  60 cc ( 1  amp 20 cc ).
-         Neonatus /  bayi 1 cc / kgBB, minimal 8 cc

Indikasi : 
-         kelainan congenital
-         infeksi menahun ginjal
-         tumor ginjal
-         urolith
-         trauma abdomen
-         low back pain yg lama

Kontra indikasi :
-         alergi kontras
-         f/ ginjal yg buruk ,ureum > 60 % , cratinin > 2 mg %
-         decomp cordis
-         peny. Hepar yg berat
-         MM
-         Infeksi akut tr. Urinarius
-         Rx. Cairan yg berlebihan.


Prosedur/teknik :
-         kontras disuntikan IV perlahan
-         koreksi dgn bola tennis, sedikit dibawah crista illiaca
-         foto dibuat pd menit ke 10,, 20, 40, …. 24 jam.

Efek samping :
-         plgn ringan : nausea, vomit
-         nyeri setempat
-         sesak krn laryng edema
-         vertigo shock
th/ : antihistamin, epinefrin , oxygen , perbaiki KU.
☺Prinsip Ct-Scan (Hounsfield) :
-         computer u/ menggantikan peranan film kaset, kamar gelap
-         tabung bisi sinar x bhadapan dgn detector
-         bergerak 360º , tabung menyinari ps , detector menangkap sisa2 sinar x yg menembus pasien
-         data dikirim ke comp dan di olah
-         hasil berupa scan.

Prosedure:
Mula2 dibuat topogram /scanogram u/ memprogram potonganmana yg akan dibuat.

Keuntungan :
-         bisa melihat lesi otak kecil yg ≠ terdeteksi oleh plain fot
-         lokasi lesi otak bisa ditentukan dgn pasti
-         daya radiasi tidak terlalu ≠ disbanding plan fot

Kerugian :
-         mahal 
-         ≠ dpt di pakai pd pasien yg non –kooperatif
-         perlu waktu lebih lama.
☺HSG

dilakukan pd hari ke 9 –10 sesudah haid dimulai,  krm saat itu haid biasanya sdh terhenti dan selaput lender uterus sifatnya tenang, jika masih ada perdarahan HSG ≠ boleh dilakukan krn takut kontras masuk ke pembuluh dara balik.

Kontras :
-         lipiodol ultrafluid
-         urografin 60 %
-         endografin
-         solpix ( sodium acetrizoat + polyvinylpirolidone)

Indikasi :
-         Melihat potensi tuba & dpt menilai cervix
-         Jg dpt menilai : peradangan, anomaly , infertilitas, tumor, translokasi IUD.

Kontra indikasi :
-         inflamasi akut pd abdomen
-         perdarahan pervaginam yg berat
-         infeksi vagina
-         hamil muda

Komplikasi :
-         nyeri 
-         preshock à hypersensitive
-         intravasasi ke vena
-         eksasertasi infeksi fundus ?
Abdomen 3  posisi :
Anak2:
1.      AP supine à sinar horizontal
2.      PA supine à-------------------
3.      Supine       à sinar vertical ; proyeksi AP.
Dewasa :
1.      AP supine                         à sinar vertical
2.      Duduk/ ½ duduk / berdiri à AP horizontal
3.      LLD                                  à PA horizontal
Ukuran Normal Organ:
Usus halus : P= 6,5 cm L=8,5 cm
Sigmoid : l = 2,5 cm
Colon : p 91 – 125 cm
Appendix : p 2.5 –22.5 cm
Rektum dimulai setinggi S3

Fraktur
Macam : 
-         krn trauma berat
-         spontan / patologik
-         stress /fatique

Type fraktur :
-         transverses
-         dolik
-         ovulsi
-         kompresi
-         komunitif
-         greenstick
-         epifisis dgn separasi
-         impresi
www.geocities.com/koskap3sakti/pretestradiof.html
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.


Penemuan Sinar-X

Di akhir tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 1845-1923), seorang profesor fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguh-sungguh melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung dengan suatu kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar. 
Lalu ia membuat ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung, pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar. Roentgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang maksudnya adalah radiasi yang belum diketahui.

Selanjutnya... | 18329 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : JENIS RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/22 2:31:28 (4250 reads) 

Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion.

Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus.

Selanjutnya... | 4451 bytes lagi | 2 komentar



Radiasi : SIFAT RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/22 1:17:38 (3484 reads) 

Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :

Selanjutnya... | 964 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : SUMBER RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/21 23:25:12 (4191 reads) 

Radiasi berada di mana-mana, karena sumber radiasi tersebar di mana saja di alam semesta, baik yang terjadi secara alami (sumber radiasi alam) maupun yang terjadi karena aktivitas manusia (sumber radiasi buatan). Sumber radiasi alam sudah ada sejak alam semesta terbentuk, dan radiasi yang dipancarkan oleh sumber alam ini disebut radiasi latar belakang. Sedangkan sumber radiasi buatan baru diproduksi di abad 20, tetapi telah memberikan paparan secara signifikan kepada manusia.

Selanjutnya... | 7751 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : INTERAKSI RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/21 19:47:07 (6222 reads) 

Apa yang akan terjadi apabila radiasi berinteraksi dengan suatu materi ? 

Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang akan menimbulkan berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada jenis radiasi, energi dan juga bergantung pada jenis materi yang ditumbuk. Pada umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi dan atau proses eksitasi ketika melewati materi yang ditumbuknya.

Selanjutnya... | 13724 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : SATUAN RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/17 21:05:52 (3708 reads) 

Apakah radiasi mempunyai besaran satuan?

Sama halnya dengan besaran fisis lainnya, seperti panjang yang mempunyai satuan (ukuran) meter, inchi, feet; satuan berat (kilogram, ton, pound); satuan volume (liter, meter kubik); maka radiasi pun mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi maupun banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.
Mengapa radiasi nuklir mempunyai satuan tidak lain karena radiasi nuklir, seperti halnya panas dan cahaya yang dipancarkan dari matahari, membawa (mentransfer) energi yang diteruskan ke bumi dan atmosfir. Jadi radiasi nuklir juga membawa atau mentransfer energi dari sumber radiasi yang diteruskan ke medium yang menerima radiasi. Sumber radiasi dapat berasal dari zat radioaktif, pesawat sinar-X, dan lainnya.

Selanjutnya... | 8264 bytes lagi | 1 komentar



Radiasi : EFEK BIOLOGI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/17 20:32:04 (5779 reads) 

INTERAKSI DENGAN MATERI BIOLOGIK

Bagaimana terjadinya interaksi radiasi dengan materi biologik?

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.

Selanjutnya... | 12393 bytes lagi | Beri komentar?



Radiasi : PROTEKSI RADIASI

Diposting oleh yudhi on 2008/1/17 19:45:14 (4128 reads) 


Apakah ada prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan?

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :




Apakah ada prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan?

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :

Justifikasi 
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.

Limitasi 
Dosisi ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

Optimasi 
Semua penyinaran ahrus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Dengan demikian, sistem pembatasan dosis ini dapat digambarkan sebagai berikut :


Pada suatu kasus tertentu, ada kalanya ketiga prinsip di atas tidak dapat dipenuhi seluruhnya. Misalnya dalam penggunaan radiasi untuk kesehatan, tidak mungkin menerapkan batas dosis radiasi terhadap pasien. Pada pemeriksaan sinar-X, seseorang menerima dosis beberapa kali melebihi batas yang ditentukan bagi masyarakat, dan dalam radioterapi (penyembuhan penyakit dengan radiasi) batas dosisnya seratus kali melebihi batas yang ditentukan untuk para pekerja radiasi. Pemikirannya adalah bahwa manfaat yang diperoleh dari pengobatan ini lebih besar daripada bahaya yang diakibatkan oleh dosis yang diberikan, walaupun dosis yang diberikan tinggi. Tanpa radioterapi dan tanpa menerima dosis radiasi, pengaruh penyakitnya (misalnya kanker) akan tetap fatal bagi penderitanya. Untuk mengurangi dampak dari penggunaan radiasi dosis tinggi maka faktor keselamatan dan keamanan harus tetap diperhatikan, antara lain: peralatan yang digunakan harus beroperasi dengan baik memenuhi standarisasi dan kalibarasi, operator yang terlatih, mematuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Batas Dosis

Bagaimana pembatasan dosis radiasi pada manusia baik untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum ?

Pembatasan dosis radiasi terhadap manusia tujuannya adalah untuk melindungi manusia dan lingkungan dari resiko radiasi yang dapt mengganggu kesehatan. Pembatasan dosis radiasi baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya organisasi internasional untuk proteksi radiasi (International Commission on Radiological Protection/ICRP). Pelopor proteksi radiasi yang terkenal adalah seorang ilmuwan dari Swedia bernama Rolf Sievert. Ia lahir pada tahun 1896 ketika Henri Becquerel menemukan zat radioaktif alam. Sievert kemudian diabadikan sebagai satuan dosis paparan radiasi dalam sistem Satuan Internasional (SI). 1 Sievert (Sv) menunjukkan berapa besar dosis paparan radiasi dari sumber radioaktif yang diserap oleh tubuh per satuan massa (berat), yang mengakibatkan kerusakan secara biologis pada sel/jaringan.
Menurut rekomendasi ICRP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv per tahun dan rata-rata pertahun selama 5 tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis (NBD). Jika wanita hamil yang di tempat kerjanya terkena radiasi, diterapkan batas radiasi yang lebih ketat. Dosis radiasi paling tinggi yang diizinkan selama kehamilan adalah 2 mSv.

Masyarakat umum dilindungi terhadap radiasi dengan menetapkan tidak ada satu kegiatanpun yang boleh mengenai masyarakat dengan dosis melebihi rata-rata 1 mSv per tahun dan tidak boleh ada satupun kejadian yang boleh mengakibatkan masyarakat menerima lebih dari 5 mSv.

Khusus untuk daerah di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), ditetapkan batas-batas yang bahkan lebih ketat. Dosis tertinggi yang diizinkan diterima oleh masyarakat yang tinggal di sekitar PLTN adalah 0,1 mSv pertahun. Pada kenyataannya kebanyakan PLTN hanya melepaskan sangat sedikit zat radioaktif ke lingkungan, yaitu antara 0,001 sampai 0,01 pertahun.

Prinsip Dasar

Bagaimana caranya melakukan pencegahan terhadap paparan radiasi dari suatu sumber radiasi?

Pengamanan tehadap pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan sekitar terhadap radiasi harus diupayakan seceermat mungkin untuk mencegah terjadinya paparan yang berlebihan. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

Menggunakan pelindung 
Laju dosis dapat dikurangi dengan memasang penahan radiasi diantara sumber radiasi dan orang yang bekerja. Dengan teknik ini maka seseorang dimungkinkan bekerja pada jarak yang tidak terlalu jauh dari sumber radiasi, sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik dan pekerja tidak menerima paparand osis yang berlebihan. Jenis penahan radiasi yang digunakan bergantung pada jenis dan energi radiasi.


Radiasi Alfa 
Partikel alfa memiliki jangkauan yang pendek di udara dan dapat dihentikan dengan selembar kertas.
Radiasi Beta.
Dalam interaksi partikel beta berenergi tinggi dengan bahan dapat menimbulkan pancaran sinar-x yang dikenal sebagai radiasi brehmstrahlung. Oleh karena itu, untuk partikel beta dibutuhkan penahan radiasi bernomor atom rendah (untuk memindahkan produksi bremstrahlung) dan dilapisi bahan bernomor atom tinggi (untuk mengatenuasi intensitas bremstrahlunbg yang terjadi). Bahan yang direkomendasikan untuk menahan radiasi beta energi tinggi adalah perspeks yang dikelilingi timbal.
Radiasi Gamma.
Apabila sinar gamma berinteraksi dengan bahan, radiasi tersebut tidak diserap seluruhnya oleh bahan. Sebaliknya radiasi tersebut akan mengalami atenuasi atau pengurangan intensitas. Bahan yang paling baik untuk digunakan sebagai penahan radiasi gamma adalah bahan yang bernomor atom tinggi, seperti timbal, beton dan uranium susut kadar.
Neutron.
Terserapnya neutron oleh penahan adalah karena perlambatan energi neutron melalui tumbukan dan kemudian terjadi tangkapan neutron. Untuk dua kejadian ini, bahan penahan yang sesuai adalah kombinasi bahan yang kandungan hidrogennya tinggi (air, lilin paraffin, polietilen dan beton) untuk memperlambat neutron. Boron digunakan untuk menangkap neutron lambat. Lilin paraffin yang mengandung boron digunakan sebagai penahan ukuran kecil. Reaksi tangkapan dengan boron-10 : 10B (n, ?)7Li menyatakan bahwa inti ataom boron-10 menyerap neutron, mengemisikan partikel alfa dan terbentuk inti lithium-7. Partikel alfa mudah diserap oleh bahan sekelilingnya.

Menjaga jarak.

Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi ke segala arah. Semakin dekat tubuh kita dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar. Untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber radiasi.




Membatasi waktu.

Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar. Untuk itu kepada pekerja radiasi diberlakukan pengaturan waktu bekerja di daerah radiasi.


Untuk masyarakat umum pencegahan terhadap paparan radiasi yang berasal dari instalasi nuklir dilakukan dengan mengatur jarak antara instalasi nuklir dengan lokasi tempat tinggal masyarakat di sekitarnya pada jarak tertentu. Selain itu juga dibuat pagar pembatas area untuk mencegah masyarakat tidak melakukan aktivitas di dekat instalasi tersebut, kecuali dengan izin khusus dari penguasa instalasi. Untuk penanganan terhadap jenis-jenis radiasi yang berasal dari sumber alam tidak diatur secara khusus karena paparan radiasinya sangat rendah dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan.

2. http://www.infonuklir.com/modules/news/article.php?storyid=21

SIFAT-SIFAT SINAR-X
·  Sinar-X ialah satu jenis gelombang elektromagnet yang mempunyai panjang gelombang yang pendek (dalam tertib 10-9 -10-11 m).

·  Sinar-X mempunyai kuasa pengionan yang rendah, ia boleh mengionkan molekul-molekul udara.
· Sinar-X mempunyai kuasa penembusan yang tinggi.
Sinar-X yang mempunyai kuasa penembusan yang sangat tinggi dipanggil sinar-X keras. Ia mempunyai panjang gelombang yang pendek. Ia biasanya digunakan dalam perindustrian.
Sinar-X yang mempunyai kuasa penembusan yang kurang tinggi dipanggil sinar-X lembut. Ia mempunyai panjang gelombang yang lebih panjang. Ia biasanya digunakan dalam bidang perubatan.
· Sinar-X boleh dibelaukan oleh satu hablur. Oleh kerana pemisahan atom dalam hablur adalah dalam tertib pajang gelombang sinar-X (10-10m), maka hablur boleh digunakan sebagai satu parutan belauan untuk sinar-X.
http://www.fortunecity.com/tattooine/swampthing/221/sinar_x_sifat2.html

Terjadinya sinar-X
Sinar-X dapat terbentuk apabila partikel bermuatan misalnya electron oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami perlambatan. Sinar-X yang tidak lain adalah gelombang elektromagnetik yang terbentuk melalui proses ini disebut sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi kinetic partikel bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan. Andaikata mula-mula ada seberkas electron bergerak masuk kedalam bahan dengan energi kinetic sama, electron mungkin saja berinteraksi dengan atom bahan itu pada saat dean tempat yang berbeda-beda. Karena itu berkas electron selanjutnya biasanya terdiri dari electron yang memiliki energi kinetic berbeda-beda. Ketika pada suatu saat terjadi perlambatan dan menimbulkan sinar-X, sinar-X yang terjadi umumnya memiliki energi yang berbeda-beda sesuai dengan energi kinetik elektron pada saat terbentuknya sinar-X dan juga bergantung pada arah pancarannya. Berkas sinar-X yang terbentuk ada yang berenergi rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat menimbulkan sinar-X itu, tetapi ada yang berenergi hampir sama dengan energi kinetik elektron pada saat elektron masuk kedalam bahan. Dikatakan berkas sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai spektrum energi nirfarik. Sinar-X dapat juga terbentuk dalam proses perpindahan elektron elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah, misalnya dalam proses lanjutan efek fotolistrik. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi yang berkaitan. Karena energi ini khas untuk setiap jenis atom, sinar yang terbentuk dalam proses ini disebut sinar-X karakteristik, kelompok sinar-X demikian mempunyai energi farik. sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnyaelektron dari suatu tingkat energi menuju ke lintasan k, disebut sinar-X garis K, sedangkan yang menuju ke lintasan l, dan seterusnya. Sinar-X bremsstrahlung dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-X atau pemercepat partikel. Rangkaian dasar pesawat sinar-X terlihat pada gambar di atas.pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur.bagian pesawat sinar-X yang menjadi sumber radiasi adalah tabung sinar-X. Didalam tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas terdapat filamen yang bertindak sebagai katode dan target yang bertindak sebagai anode. Tabung pesawat sinar-X dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara dalam perjalanannya menuju ke anode. Filamen yang di panasi oleh arus listrik bertegangan rendah (If) menjadi sumber elektron. Makin besar arus filamen If, akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu. Elekitron yang dibebaskan oleh filamen tertarik ke anode oleh adanya beda potensial yang besar atau tegangan tinggi antara katode dan anode yang dicatu oleh unit sumber tegangan tinggi (potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus kV atau MV lebih rendah dibandingkan potensial anode), elektron ini menabrak bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung. Khusus pada pemercepat partikel energi tinggi beberapa elektron atau partikel yang dipercepat dapat agak menyimpang dan menabrak dinding sehingga menimbulkan bremsstrahlung pada dinding. Beda potensial atau tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang terbentuk, sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan waktu yang sampai ke bidang anode yang terakhir ini disebut arus tabung It yang sudah barang tentu bergantung pada arus filamen It. Namun demikian dalam batas tertentu, tegangan tabung juga dapat mempengaruhi arus tabung. Arus tabung dalam sistem pesawat sinar-X biasanya hanya mempunyai tingkat besaran dalam milliampere (mA), berbeda dengan arus filamen yang besarnya dalam tingkat ampere. Spektrum energi sinar-X pada pesawat sinar-X jenis ortho terlihat pada gambar dibawah. Spektrum garis yang biasanya muncul menunjukkan adanya sinar-X karakteristik. Pesawat sinar-X yang tidak dinyalakan atau tidak diberikan tegangan tinggi tidak memancarkan sinar-X. Dari uraian diatas kita ketahui bahwa bidang target dalam tabung sinar-X itulah sumber radiasi yang sebenarnya. Bidang ini disebut bidang fokus. Pada proses bremsstrahlung sinar-X mempunyai kemungkinan dipancarkan kesegala arah. Namun demikian bagian dalam tabung atau di sekitar tabung, misalnya logam penghantar anode gelas tabung dan juga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap sebagian besar sinar-X yang dipancarkan sehingga sinar-X yang keluar dari rumah tabung, kecuali yang mengarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan adalah berkas yang mengarah ke jendela bagian yang tipis dari tabung. Pesawat sinar-X energi tinggi (s/d tingkat MV) biasanya lebih dikenal dengan nama pemercepat partikel. Dalam pesawat ini percepatan elektron dilaksanakan bertingkat-tingkat sehingga pada waktu mencapai target mempunyai energi sangat tinggi, misalnya ada yang sampai setinggi 20 MV atau lebih. Energi sinar-X yang dipancarkan sudah tentu juga sangat tinggi. Sinar-X yang dipancarkan dari pesawat pemercepat partikel memiliki energi yang lebih seragam dibandingkan dengan yang dipancarkan melalui pesawat sinar-X energi rendah. Sasaran pada pesawat pemercepat partikel biasanya sangat tipis, karena ketika mencapai target elektron mempunyai energi yang sama, energi sinar-X yang dipancarkan juga hampir sama. Selain itu arah berkas sinar-X hampir seluruhnya kedepan.
http://radiografer.wordpress.com/2008/06/30/terjadinya-sinar-x/

MENGUKUR KUALITAS RADIASI KELUARAN 
PESAWAT SINAR-X 
Suyati dan Mukhlis Akhadi 
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN 

Jl. Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 

PO Box 7043 JKSKL Jakarta 12070
PENDAHULUAN 
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh 
fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. 
Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Saat itu 
Roentgen bekerja menggunakan tabung Crookes di 
laboratoriumnya di Universitas Wurzburg. Dia 
mengamati nyala hijau pada tabung yang
sebelumnya menarik perhatian Crookes. Roentgen 
selanjutnya mencoba menutup tabung itu dengan
kertas hitam dengan harapan agar tidak ada cahaya 
tampak yang dapat lewat. Namun setelah ditutup 
ternyata masih ada sesuatu yang dapat lewat.
Roentgen menyimpulkan bahwa ada sinar-sinar 
tidak tampak yang mampu menerobos kertas hitam 
tersebut [1].
Pada saat Roentgen menyalakan sumber
listrik tabung untuk penelitian sinar katoda, beliau 
mendapatkan bahwa ada sejenis cahaya berpendar 
pada layar yang terbuat dari barium platino cyanida
yang kebetulan berada di dekatnya. Jika sumber 
listrik dipadamkan, maka cahaya pendar pun hilang.
Roentgen segera menyadari bahwa sejenis sinar
yang tidak kelihatan telah muncul dari dalam
tabung sinar katoda. Karena sebelumnya tidak 
pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X 
[2]. Namun untuk menghargai jasa beliau dalam 
penemuan ini maka seringkali sinar-X itu dinamai 
juga sinar Roentgen. 
Nyala hijau yang terlihat oleh Crookes dan 
Roentgen akhirnya diketahui bahwa sinar tersebut 
tak lain adalah gelombang cahaya yang dipancarkan 
oleh dinding kaca pada tabung sewaktu elektron 
menabrak dinding itu, sebagai akibat terjadinya
pelucutan listrik melalui gas yang masih tersisa di
dalam tabung. Pada saat yang bersamaan elektron 
itu merangsang atom
pada kaca untuk 
mengeluarkan gelombang elektromagnetik yang
panjang gelombangnya sangat pendek dalam bentuk
sinar-X. Sejak saat itu para ahli fisika telah 
mengetahui bahwa sinar-X dapat dihasilkan bila 
elektron dengan kecepatan yang sangat tinggi 
menabrak atom [3].
Tergiur oleh penemuannya yang tidak 
sengaja itu, Roentgen memusatkan perhatiannya
pada penyelidikan sinar-X. Dari penyelidikan itu 
beliau mendapatkan bahwa sinar-X dapat 
memendarkan berbagai jenis bahan kimia [1]. Sinar-
X juga dapat menembus berbagai materi yang tidak 
dapat ditembus oleh sinar tampak biasa yang sudah 
dikenal pada saat itu. Di samping itu, Roentgen juga 
bisa melihat bayangan tulang tangannya pada layar
yang berpendar dengan cara menempatkan
tangannya di antara tabung sinar katoda dan layar 
[4]. Dari hasil penyelidikan berikutnya diketahui 
bahwa sinar-X ini merambat menempuh perjalanan
lurus dan tidak dibelokkan baik oleh medan listrik 
maupun medan magnet. Atas jasa-jasa Roentgen 
dalam menemukan dan mempelajari sinar-X ini, 
maka pada tahun 1901 beliau dianugerahi Hadiah 
Nobel Bidang Fisika yang untuk pertama kalinya
diberikan dalam bidang ini.
Penemuan Sinar-X ternyata mampu 
mengantarkan ke arah terjadinya perubahan
mendasar dalam bidang kedokteran. Dalam kegiatan
medik, Sinar-X dapat dimanfaatkan untuk diagnosa 
maupun terapi. Untuk tujuan medik, tubuh manusia 
yang pada prinsipnya dapat dibedakan baik secara


Page 2 
8 – 
Suyati dan Mukhlis Akhadi 
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
anatomi maupun fisiologi, pada
mulanya 
merupakan obyek yang tidak dapat dilihat secara
langsung oleh mata. Namun dengan ditemukannya 
sinar-X, tubuh manusia ternyata dapat diubah
menjadi obyek yang transparan. Sinar-X mampu 
membedakan kerapatan dari berbagai jaringan 
dalam tubuh manusia yang dilewatinya. Dengan
penemuan sinar-X ini, informasi mengenai tubuh 
manusia menjadi mudah diperoleh tanpa perlu
melakukan operasi bedah. Masyarakat mulai 
percaya pada kemampuan sinar-X ketika Roentgen 
mempertontonkan gambar foto telapak tangan dan
jari-jari istrinya yang memakai cincin yang dibuat 
menggunakan sinar-X [5].
Proses pembuatan gambar anatomi tubuh 
manusia dengan sinar-X dapat dilakukan pada 
permukaan film fotografi. Gambar terbentuk karena 
adanya perbedaan intensitas sinar-X yang mengenai
permukaan film setelah terjadinya penyerapan 
sebagian sinar-X oleh bagain tubuh manusia. Daya
serap tubuh terhadap sinar-X sangat bergantung
pada kandungan unsur-unsur yang ada di dalam 
organ. Tulang manusia yang didominasi oleh unsur 
Ca mempunyai kemampuan menyerap yang tinggi
terhadap sinar-X. Karena penyerapan itu maka
sinar-X yang melewati tulang akan memberikan
bayangan gambar pada film yang berbeda 
dibandingkan bayangan gambar dari organ tubuh
yang hanya berisi udara seperti paru-paru, atau air 
seperti jaringan lunak pada umumnya. 
PROSES TERBENTUKNYA SINAR-X
Dalam perkembangan berikutnya, sinar-X dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda [6]. Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filamen yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron dari filamen dipercepat gerakannya menggunakan tegangan 
listrik berorde 10
- 10
6Volt. Elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi. Target logam ini sekaligus juga berfungsi sebagai anoda. Ketika elektron
berenergi tinggi itu menabrak target logam, maka sinar-X akan terpancar dari permukaan logam 
tersebut, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. 
Gambar 1: Proses terbentuknya sinar-X 
Elektron sebagai partikel bermuatan listrik 
yang bergerak dengan kecepatan tinggi, apabila 
melintas dekat ke inti suatu atom, maka gaya tarik 
elektrostatik inti atom yang kuat akan menyebabkan 
elektron membelok dengan tajam. Peristiwa itu 
menyebabkan
elektron kehilangan energinya 
dengan memancarkan radiasi elektromagnetik yang 
dikenal sebagai sinar-X bremsstrahlung [7]. Total 
bremsstrahlung per atom kira-kira berbanding lurus
dengan (Z/m)
2
, dengan Z adalah nomor atom bahan
penyerap dan m adalah massa partikel bermuatan. 
Karena bergantung dengan faktor (1/m)
2
, maka jumlah bremsstrahlung dapat diabaikan 
keberadaannya untuk semua partikel kecuali 
elektron, karena harga m untuk elektron yang sangat
rendah sehingga nilai (1/m)
2 
sangat tinggi. 
Untuk berkas elektron yang datang menuju 
target tipis, fraksi dari energi elektron yang diubah 
menjadi sinar-X bremsstrahlung (f) adalah [7] : 
f ≈ 7 x 10
-4
Z E
k 
(1) 
dengan : Z adalah nomor atom bahan penyerap
dan E
k
adalah energi berkas dalam MeV. 
Berdasarkan persamaan (1), 1 MeV berkas elektron
akan kehilangan sekitar 6 % energinya menjadi


Page 3 
Mengukur kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-X
– 9 
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
sinar-X jika berkas tersebut diserap oleh timbal (Z =
82). Fraksi bremsstrahlung yang terbentuk menjadi 
kecil apabila berkas elektron diserap oleh bahan 
bernomor atom rendah. Fraksi energi elektron yang
berubah menjadi bremsstrahlung hanya 0,4 % jika
diserap oleh aluminium (Z = 13). 
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses 
perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang
lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih
rendah [1,2,6]. Adanya tingkat-tingkat energi dalam 
atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadi-
nya spektrum sinar-X dari suatu atom. Sinar-X yang 
terbentuk melalui proses ini mempunyai energi
sama dengan selisih energi antara kedua tingkat
energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom
memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang 
berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari
proses ini disebut sinar-X karakteristik. 
Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron
atom yang berada pada kulit K terionisasi. 
Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron 
dari kulit di atasnya. Jika kekosongan pada kulit K 
diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancar-
kan sinar-X karakteristik K
α
. Jika kekosongan itu
diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan
dipancarkan sinar-X karakteristik K
β
. Jadi sinar-X
karakteristik timbul karena adanya transisi elektron 
dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi 
yang lebih rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 
2. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum 
energi kontinyu yang lebar, sementara spektrum
energi dari sinar-X karakteristik adalah diskrit 
berupa dua buah garis tajam seperti ditunjukkan
pada Gambar 3. 
ENERGI SINAR-X
Kualitas ataupun energi sinar-X umumnya
dinyatakan dalam bentuk nilai tegangan yang 
digunakan dalam tabung pesawat. Semakin besar
tegangan tabung akan semakin tinggi energi sinar-X 
yang dipancarkannya. Misalnya tabung yang
dioperasikan pada tegangan puncak 100.000 Volt,
biasanya dinyatakan dengan kVp = 100 kV. Energi
maksimum sinar-X yang dihasilkan oleh pesawat
tersebut adalah 100 keV. Namun hanya sebagian
kecil keluaran sinar-X yang mencapai energi
tersebut, sedang sebagian besarnya memiliki energi
yang lebih rendah [6,7]. Tabung sinar-X merupakan
contoh paling sederhana tentang jenis pemercepat 
partikel tunggal. Dalam tabung ini elektron yang
dipancarkan oleh filamen panas dipercepat melalui 
tabung hampa menuju target tungsten atau wolfram 
(W) yang diberi beda potensial positif tinggi 
terhadap sumber elektron. 
Gambar 2 : Proses terbentuknya sinar-X 
karakteristik 
Gambar 3 : Spektrum energi Sinar-X 
Pada saat berkas elektron menabrak target, 
sebagian besar energi elektron hilang dalam bentuk
panas, sebagian energi lainnya hilang untuk


Page 4 
10 – 
Suyati dan Mukhlis Akhadi 
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
memproduksi 
sinar-X, 
namun 
ada 
pula 
kemungkinannya semua energi kinetik elektron
tersebut diubah menjadi foton sinar-X [1,2]. Besar 
energi elektron (E) yang dipercepat dengan beda 
potensial V dirumuskan dengan : 
E = V e 
(2) 
dengan e adalah muatan elementer elektron (1,6 x 
10
-19
C). 
Untuk keperluan medis, energi efektif sinar-
X sering kali cukup disetarakan dengan nilai tebal 
paro atau half value layers (HVL) [8], yaitu tebal
filter untuk mengurangi intensitas sinar-X menjadi 
setengah dari intensitas mula-mula. Nilai HVL 
ditentukan oleh koefisien pelemahan linier (µ) yang 
nilainya berbeda untuk energi yang berbeda [9].
Oleh sebab itu, nilai µ tersebut dapat dipakai untuk
mengidentifikasi energi atau paling tidak
memperkirakan kualitas radiasi jenis foton. Nilai µ
dapat dihitung melalui penurunan persamaan dasar 
pengurangan intensitas radiasi sebagai berikut [10] : 
I
t
= I
0
exp (-µ t) atau µ = (1/t) ln (I
0
/I
t
) (3) 
Dengan I
t
adalah intensitas radiasi setelah melalui
bahan penyerap dengan ketebalan t, dan I
0
adalah
intensitas radiasi mula-mula. Untuk t = 1 HVL, 
maka I
t
= ½ I
0
, sehingga diperoleh persamaan baru : 
HVL = 0,693 / µ
(4) 
PENGUKURAN KUALITAS SINAR-X
Kebergantungan kualitas radiasi terhadap 
kVp biasanya dinyatakan dengan kebergantungan-
nya terhadap nilai HVL aluminium (Al) atau 
tembaga (Cu) [11]. Oleh sebab itu, untuk mengukur 
kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-X dapat 
dilakukan melalui pengukuran HVL dari bahan 
filter. Aluminium digunakan untuk sinar-X dengan 
kVp hingga 100 kV, sedang tembaga digunakan
untuk kVp di atas 100 kV. Kemurnian filter Al tidak
boleh kurang dari 99,99 % untuk HVL < 0,2 mmAl 
dan 99,8 % jika HVLnya ≥ 0,2 mm. Ketebalan filter 
tidak boleh lebih dari ± 5 µm atau ± 1 %.
Metode paling sederhana untuk pengukuran 
HVL adalah melalui pengukuran nilai paparan 
sinar-X pada posisi tertentu menggunakan
dosimeter saku (pocket dosimeter). Dosimeter
pengionan gas dalam bentuk dosimeter saku
umumnya tersedia pada setiap instalasi yang 
mengoperasikan sumber radiasi. Dosimeter saku
biasanya dipakai secara rutin sebagai pelengkap 
terhadap dosimeter perorangan untuk pemantauan
dosis pekerja radiasi/operator pesawat sinar-X 
[12,13]. Oleh sebab itu, dosimeter ini diharapkan
ada pada setiap rumah sakit yang memiliki pesawat
sinar-X. Dengan tambahan filter aluminium yang 
cukup mudah didapatkan dan dapat dipakai untuk
selama-lamanya tanpa memerlukan perawatan
khusus, dosimeter saku dapat dimanfaatkan untuk
memperkirakan energi efektif keluaran pesawat
sinar-X dengan metode yang cukup sederhana. 
Pengukuran nilai paparan dilakukan melalui 
penyinaran langsung dosimeter saku yang dipasang 
pada jarak tertentu dari focal spot pesawat sinar-X.
Data hasil pengukuran ini setara dengan intensitas
mula-mula (I
0
) keluaran pesawat, nilainya dapat 
dibaca langsung pada dosimeter. Pengukuran
paparan sinar-X yang sama dilakukan di belakang 
filter yang ketebalannya diketahui. Pengukuran 
dilakukan pada posisi yang sama dengan
pengukuran pertama begitu juga dengan lama 
penyinaran dan kVp. Data nilai paparan yang
diperoleh dari pengukuran ini setara dengan
intensitas keluaran pesawat setelah melalui filter
(I
t
). Kombinasi data I
0
dan I
t
dapat dipakai untuk
menghitung nilai µ filter untuk sinar-X dari pesawat
dengan kVp tertentu menggunakan persamaan (3). 
Sedang nilai HVL-nya dihitung menggunakan 
persamaan (4). 
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam 
menggunakan Persamaan (1) dan (2) untuk
menghitung nilai µ dan HVL, adalah Persamaan (1)
tidak menyertakan faktor koreksi pertumbuhan, 
sehingga hasil perhitungan µ semakin kecil dengan 
bertambah tebalnya filter [7]. Perubahan dalam 
bentuk penurunan harga µ ini akan mengakibatkan
pula perubahan dalam bentuk peningkatan harga 
HVL. Oleh sebab itu, dalam pengukuran kualitas 


Page 5 
Mengukur kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-X
– 11 
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
radiasi sebaiknya digunakan filter yang faktor 
koreksi pertumbuhannya paling rendah. Jadi 
pengukuran HVL akan lebih tepat jika digunakan
filter tipis yang faktor koreksi pertumbuhan 
radiasinya dapat diabaikan.
Tidak semua energi elektron ditransfer 
menjadi energi sinar-X, sehingga energi efektif 
sinar-X selalu lebih kecil dari beda potensial yang
dikalikan dengan muatan elementer (Ve). Oleh 
sebab itu, dalam kaitannya dengan penentuan energi 
sinar-X, kita tidak bisa semata-mata hanya 
mengandalkan pada penunjukan skala kVp tabung 
sinar-X. Di samping itu, nilai kV yang ditunjukkan
oleh pesawat belum tentu sama dengan kV dalam 
tabung sinar-X. Perbedaan itu dapat disebabkan 
oleh usia komponen elektronik maupun cacat pada 
target [13]. Karena itu diperlukan adanya
pengecekan rutin maupun penelitian khusus untuk 
mengukur kualitas keluaran pesawat sinar-X. 
Kelayakan kualitas radiasi keluaran suatu 
pesawat sinar-X dapat dievaluasi dengan cara
membandingkan HVL bahan filter yang diperoleh 
dari pengukuran dan HVL standar untuk jenis bahan
dan kVp yang sama. Beberapa Institusi
Internasional telah mengeluarkan publikasi tentang 
HVL standar untuk berbagai nilai kVp. Sebagai 
contoh, dalam International Standard ISO 4037
mencantumkan bahwa sinar-X dari tabung dengan
kVp : 80 kV, kualitas radiasinya setara dengan HVL 
: 0,59 mmCu [14]. Dalam hal ditemukan perbedaan
jenis filter, maka suatu jenis bahan filter dapat
disetarakan dengan bahan filter lainnya melalui
perbandingan kerapatan (ρ). Misal bahan A dan 
bahan B dengan kerapatan masing-masing ρ
A
dan
ρ
B
, maka HVL bahan A dapat disetarakan dengan
HVL bahan B menggunakan persamaan sebagai 
berikut : 
HVL
A
= (ρ
B

A
) HVL
B
(5) 
Dengan menggunakan persamaan (5), nilai HVL 
dalam mmCu dapat dikonversikan menjadi HVL 
dalam mmAl. Karena ρ
Cu
dan ρ
Al
adalah 8,9 gr/cm
3
dan 2,7 gr/cm
3
, maka HVL 0,59 mmCu setara 
dengan HVL : (8,9/2,7) x 0,59 mmAl atau 1,945
mmAl. Pada Tabel 1 disajikan nilai HVL dalam 
mmCu untuk kualitas sinar-X pada berbagai nilai 
kVp yang diambil dari International Standard ISO 
4037 [14]. Disajikan pula HVL dalam mmAl yang
dihitung menggunakan persamaan (5). 
Tabel 1 : Nilai HVL untuk berbagai kVp sinar-X 

Sebagai acuan untuk
mengevaluasi 
kelayakan kualitas radiasi keluaran pesawat sinar-
X, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) 
membagi pesawat sinar-X untuk keperluan 
diagnostik menjadi sinar-X berenergi rendah dan 
menengah [11]. Tegangan puncak untuk sinar-X 
berenergi rendah adalah antara 10 hingga 100 keV, 
dengan kualitas radiasinya berkisar antara : 0,03
mmAl < HVL ≤ 2 mmAl. Sedang untuk sinar-X
berenergi menengah, kVp-nya berkisar antara 100
hingga 300 keV, dengan kualitas radiasinya berkisar 
antara 2 mmAl < HVL ≤ 3 mmCu. 
PENUTUP 
Selama dioperasikan, tabung sinar-X akan 
mengalami perubahan focal spot. Perubahan ini
dapat dipakai sebagai sumber informasi mengenai 
kondisi filamen dan permukaan target [13]. Di 
samping itu, keluaran pesawat sinar-X tidak pernah 
stabil walaupun kondisi operasinya dipertahankan 
stabil [11]. Meskipun hasil bacaan penunjukan kV 
meter maupun stelan kV-nya tidak berubah, tidak
bisa diharapkan bahwa tegangan di dalam tabung
sinar-X tidak berfluktuasi. Oleh sebab itu, nilai 
HVL pada tegangan terendah hingga tertinggi harus 
selalu diperiksa pada interval tidak lebih dari 6
bulan, atau kapan saja jika tegangan pembangkit 
sinar-X di rubah atau terjadi penggantian tabung
sinar-X [13]. 


Page 6 
12 – 
Suyati dan Mukhlis Akhadi 
Buletin ALARA Vol. 2 No. 2, Desember 1998
Metode pengukuran kualitas radiasi 
keluaran pesawat sinar-X seperti diuraikan di atas
dapat dilakukan dengan peralatan dan metode yang
cukup sederhana. Namun untuk pengecekan kualitas 
radiasi, metode tersebut dapat memberikan hasil 
pengukuran yang cukup baik. Data HVL yang 
diperoleh dapat dipakai untuk menguji kondisi 
keluaran pesawat, sehingga dapat dipakai sebagai
parameter untuk menilai kelayakan operasi suatu 
pesawat sinar-X. Untuk menghindari munculnya
faktor koreksi pertumbuhan radiasi, maka 
pengukuran HVL/kualitas radiasi sebaiknya
dilakukan menggunakan filter dengan ketebalan 
tidak lebih dari 1 mm
http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/Alara/01%20Buletin%20Alara%20P3KRBiN/BulAlara%20Vol%202_2%20Des%2098/BAlara1998_02212_007.pdf

INTERAKSI DENGAN MATERI BIOLOGIK

Bagaimana terjadinya interaksi radiasi dengan materi biologik?

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.


Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.

A. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan biokimia yang terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya.

B. Radiasi dengan DNA..
Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi.


C. Radiasi dengan Kromosom.
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi. Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah (1) fragmen asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung sentromer, (2) kromosom cincin, (3) kromosom disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer dan (4) translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis, dan lainnya.

D. Radiasi dengan Sel.
Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses perbaikan yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik/sempurna, dan juga tingkat kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bias kembali normal. Bila perbaikan sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi (perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang tinggi.

EFEK TERHADAP MANUSIA

Bagaimana pengaruh radiasi terhadap manusia?

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.

n Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

n Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.


Apa yang dimaksud dengan radiasi interna dan eksterna?

Apabila kita terkena radiasi dari luar tubuh maka kita menyebutnya sebagai radiasi eksterna. Partikel a, b, sinar g, sinar-X dan neutron adalah jenis radiasi pengion, tetapi tidak semua memiliki potensi bahaya radiasi eksterna. Partikel a memiliki daya ionisasi yang besar, sehingga jangkauannya di udara sangat pendek (beberapa cm) dan dianggap tidak memiliki potensi bahaya eksterna karena tidak dapat menembus lapisan kulit luar manusia. Partikel b memiliki daya tembus yang jauh lebih tinggi dari partikel a. Daya tembus partikel b dipengaruhi besar energi. Partikel b berenergi tinggi mampu menjangkau beberapa meter di udara dan dapat menembus lapisan kulit luar beberapa mm. Oleh karena itu, partikel b memiliki potensi bahaya radiasi eksterna kecil, kecuali untuk mata. Sinar-X dan sinar g adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang pendek dan meiliki kemampuan menembus semua organ tubuh, sehingga mempunyai potensi bahaya radiasi eksterna yang signifikan. Neutron juga memiliki daya tembus yang sangat besar. Neutron melepaskan energi didalam tubuh karena neutron dihamburkan oleh jaringan tubuh, Neutron memiliki potensi bahaya radiasi eksterna yang tinggi sehingga memerlukan penanganan yang sangat hati-hati. Jika zat yang memancarkan radiasi berada di dalam tubuh, kita sebut dengan radiasi interna. Partikel a mempunyai potensi bahaya radiasi interna yang besar karena radiasi a mempunyai daya ionisasi yang besar sehingga dapat memindahkan sejumlah besar energi dalam volume yang sangat kecil dari jaringan tubuh dan mengakibatkan kerusakan jaringan disekitar sumber radioaktif. Partikel b mempunyai potensi bahaya radiasi interna yang tingkatannya lebih rendah dari a. Karena jangkauan partikel b didalam tubuh jauh lebih besar dari partikel a di dalam tubuh, maka energi b akan dipindahkan dalam volume jaringan yang lebih besar. Kondisi ini mengurangi keseluruhan efek radiasi pada organ dan jaringan sekitarnya. Sinar g memiliki daya ionisasi yang jauh lebih rendah dibandingkan a dan b, sehingga potensi radiasi internanya sangat rendah.

Menurut American Cancer Society, sekitar 35,310 kasus baru kanker di rongga mulut dan oropharyngeal (neck and throat) telah didiagnosa di USA pada tahun 2008. Dan sekitar 7,590 orang akan meninggal oleh karena kanker ini dipenghujung tahun ini. 
Kanker di rongga mulut paling umum terjadi di lidah,dasar mulut, bibir dan kelenjar ludah minor. Terapi pilihan yang paling sering diberikan pada pasien dengan kanker ini adalah pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi.
Seseorang yang menerima terapi radiasi pada daerah kepala dan leher, kemungkinan juga akan mendapatkan komplikasi atau efek samping yang mengikuti terapi kanker ini. Gejala ikutan antara lain dry mouth, gigi sensitif, pola kerusakan gigi yang cepat, dan kesulitan untuk mengunyah. Pola terbesar efek samping ikutan ini terdapat pada kemoterapi.
untuk mencegah ini dan meminimalkan persoalan ini, hendaknya dokter gigi dan onkologist haruslah saling bekerja sama dengan baik, oleh karena penanganan kanker yang baik adalah bukanlah kehebatan seorang dokter tetapi kehebatan suatu team dokter .
Perawatan selama terapi kanker ini meliputi flossing dengan teratur dan pembersihan gigi haruslah lebih optimal dan juga disarankan untuk pemakaian obat kumur, dan bila penderita mengalami dry mouth haruslah diresepkan saliva buatan atau obat obatan yang merangsang pengeluaran saliva. Kemudian aplikasi topikal fluoride juga disarankan untuk keadaan khusus seperti ini.
http://drgdondy.blogspot.com/2008/12/efek-samping-terapi-radiasi-pada-pasien.html

TEKNIK RADIOGRAFI 
Teknik radiografi merupakan salah satu 
metode pengujian material tak-merusak yang selama 
ini sering digunakan oleh industri baja untuk
menentukan jaminan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan dengan 
menggunakan sumber radiasi (sinar-x atau sinar 
gamma) sebagai media pemeriksa dan film sebagai
perekam gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati 
benda uji dan terjadi atenuasi dalam benda uji. Sinar 
yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film 
yang diletakkan pada bagian belakang dari benda uji.
Setelah film tersebut diproses dalam kamar gelap 
maka film tersebut dapat dievaluasi. Bila terdapat 
cacad pada benda uji maka akan diamati pada film
radiografi dengan melihat perbedaan kehitaman atau
densitas. 
Pemilihan sumber radiasi berdasarkan pada 
ketebalan benda yang diperlukan karena daya tembus
sinar gamma terhadap material berbeda. Pada sumber
pemancar sinar gamma tergantung besar aktivitas 
sumber. Sedangkan pemilihan tipe film sangat 
mempengaruhi pemeriksaan kualitas material. Film 
digunakan untuk merekam gambar material yang
diperiksa. Pemilihan tipe film yang benar akan 
menghasilkan kualitas hasil radiografi yang sangat 
baik. Pada umumnya kita mengenal dua macam jenis
film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada film cepat
butir-butirannya besar, kekontrasan dan definisinya
kurang baik. Sedangkan pada film lambat butir-
butirannya kecil, kekontrasan dan definisinya lebih 
http://www.batan.go.id/ptkmr/Alara/Alara/01%20Buletin%20Alara%20P3KRBiN/BulAlara%20Vol%203_1%20Ags%2099/BAlara1999_03108_029.pdf.


Kesehatan gigi & mulut penting dalam radioterapi KNF
Health News Tue, 04 Jan 2005 10:20:00 WIB 
Parahnya efek samping radioterapi yang dilakukan pada pasien kanker nasofaring (KNF) dalam kondisi gigi dan mulut (gilut) tidak higienis ternyata dapat memicu terjadinya osteoradionekrosis. Kanker nasofaring (KNF), jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan di belakang langit-langit rongga mulut, menduduki urutan keempat terbanyak di Indonesia sesudah kanker leher rahim, kanker payudara, dan kanker kulit. 

Salah satu cara penanganan kanker adalah melalui radioterapi, namun meski cara ini ampuh membunuh sel-sel kanker, ternyata juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel normal lainnya. 

Penyinaran yang dilakukan disekitar gilut menimbulkan efek samping kronis meliputi karies radiasi, gigi hipersensitif karena makanan dan minuman panas-dingin-asam-manis, serta trismus (keadaan sulit membuka mulut). 

Efek samping ini, jika tidak dicegah dan diwaspadai oleh dokter gigi, dapat memicu terjadinya osteoradionekrosis yakni kondisi tulang rahang yang mengalami kematian, serta sulit disembuhkan karena sel-sel sarafnya tidak berfungsi lagi. 

Fakta ini terungkap dalam kesimpulan disertasi Harum Sasanti, Sekretaris Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi UI, dengan judul Hubungan Higiene Mulut Dan Keparahan Efek Samping Kronis Akibat Radioterapi Kanker Nasofaring (Studi Pada Tiga Rumah Sakit di Jakarta), di FKGUI awal pekan lalu. 

Menurut Harum, selama ini, untuk kasus pasien yang pernah menjalani radioterapi, hampir setiap dokter gigi tidak bersedia melakukan pencabutan gigi, atau melakukan kegiatan apa pun yang dapat menyebabkan terjadinya luka di sekitar gilut pasien, karena jika terjadi infeksi akan sulit untuk pulih. 

Keengganan dokter gigi melakukan hal tersebut, meski pasien sangat membutuhkannya, karena terjadi kerusakan gigi pascaradioterapi mengingat gilut yang sel-selnya sudah rusak akan lamban dalam melakukan proses pemulihan. 

Luka yang timbul pada daerah ini akan sulit sembuh. Bahkan bisa terjadi luka itu tidak pernah tertutup mengingat proses pemulihan tubuh pascasakit tergantung daya tahan tubuh dan usia dari pasien 
Meski penelitian menunjukkan faktor utama penyebab keparahan efek samping kronik akibat radioterapi (eskart) adalah dosis total radioterapi yang diterima oleh pasien, dosis ini tidak bisa dihindari karena rata-rata pasien yang mengidap KNF sudah tahap stadium tinggi sehingga memang membutuhkan radioterapi dosis tinggi pula. 

Seringnya pasien berobat ke dokter setelah dalam keadaan KNF stadium tinggi, antara lain karena sulitnya dilakukan deteksi dini akibat sulit terjangkaunya lokasi lokasi KNF, yang berada di rongga belakang hidung, di belakang langit-langit rongga mulut, dan mudah menyebar ke mata, telinga, kelenjar leher dan otak. 

Kondisi KNF yang sudah stadium tinggi tersebut, memang membutuhkan dilakukan radiasi dengan segera. 

Hal inilah yang menyebabkan dokter gigi sering tidak diberi kesempatan untuk melakukan persiapan terhadap pasien. 
Radiotherapist cenderung akan mengabaikan kebutuhan akan kesehatan gigi, akibatnya pasien akan merasakan efek samping akut dan kronis setelah radiasi karena dari awal memang tidak dipersiapkan. 
Dia juga menjelaskan memang ada literatur yang merekomendasikan menjalani metode Hiperbarik, yakni terapi yang dilakukan dengan cara masuk ke dalam ruangan khusus yang berisi oksigen murni selama beberapa jam, untuk mengembalikan kondisi rahang seperti sedia kala. 
Namun upaya ini akan sangat memberatkan pasien karena selain harganya cukup mahal, rumah sakit yang memiliki fasilitas pelayanan kedokteran Hiperbarik masih terbatas. Saat ini pelayanan ini baru dijumpai pada RS TNI AL Dr. Mintohardjo, Jakarta. 

Menurut dia, cara yang paling efektif untuk menghindari masalah tersebut adalah dengan melakukan tindakan preventif, di mana peran dari dokter gigi lebih dioptimalkan pada masa sebelum, selama, dan pascaradioterapi untuk memantau dan melakukan pencegahan dini. 

Yang terbaik, sebelum pasien menjalani radioterapi, terlebih dulu diberikan penyuluhan dan konseling dari dokter gigi akan pen tingnya menjaga kualitas dan higienitas gilut, agar setelah radiasi dilakukan wilayah sekitar ini tetap prima dan tidak mudah rusak. 

Keterlibatan dokter gigi selama ini pada tahap praradioterapi hanya lebih banyak bersifat eliminasi sumber infeksi di mulut. Peran dokter gigi pun masih sedikit dibandingkan kebutuhan pelayanan kesehatan gilut pasien kanker nasofaring, terutama pascaradioterapi. (m03) 


Sumber: Majalah HealthToday 
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+News&y=cybermed|0|0|5|2715

BERKAS SINAR-X DAN PARAMETER PEMBENTUKAN GAMBARAN
Arif Jauhari

Kebanyakan diagram tabung sinar-x memperlihatkan sinar-x sebagai bentukan pola segitiga yang teratur seperti yang dihasilkan pada tititk fokus. Hal ini memberikan tujuan yang baik dalam hal penekanan tentang kerja radiasi sinar-x diluar tabung. Tetapi radiasi sebenarnya tidak seperti itu. Sebenarnya, sinar-x itu seperti cahaya tampak yang dalam penyebarannya dari sumber melalui suatu garis lurus yang menyebar ke segala arah kecuali dihentikan oleh bahan penyerap sinar-x. Karena alasan tersebut maka tabung sinar-x ditutup dalam satu rumah tabung logam yang mampu menghentikan sebagian besar radiasi sinar-x, hanya sinar-x yang berguna yang dibiarkan keluar dari tabung melalui sebuah jendela/window. Sinar-x yang berguna tadi disebut sebagai berkas primer. Berkas sinar yang terletak pada tengah garisnya ini disebut central ray.
Diperlukan pembangkitan tegangan yang tinggi di dalam tabung sinar-x agar dapat dihasilkan berkas sinar-x. Rangkaian listriknya dirancang sedemikian rupa sehingga kV-nya dapat diubah dalam rentang yang besar -biasanya 30 kV sampai 100 kV- atau lebih. Bila kV yang lebih rendah digunakan, maka sinar-x memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dan lebih mudah diserap sehingga disebut sebagai soft x-ray. Harus dipahami bahwa berkas sinar-x itu terdiri dari sinar dengan panjang gelombang yang berbeda. Radiasi yang dihasilkan pada rentang kV yang lebih tinggi akan memiliki energi yang lebih besar dan panjang gelombang yang lebih pendek.
Penyerapan Sinar-X
Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu menembus objek yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga faktor:
1. Panjang gelombang sinar-X.
2. Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.
Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan (lihat pembahasan tentang pengaruh kilovolt).

Bagaimana susunan objek ketika terjadi penyerapan sinar-x? Hal ini tergantung dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng aluminium yang mempunyai nomor atom lebih rendah dibanding tembaga, mempunyai jumlah daya serap lebih rendah terhadap sinar-x dibanding satu lempeng tembaga pada berat dan daerah yang sama. Timah hitam (nomor atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-x. Karena alasan inilah ia digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk proteksi, contoh yang lainnya adalah dinding ruangan sinar-x dan pada sarung tangan khusus serta apron yang digunakan selama proses fluoroskopi.

Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan juga mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik dibanding air.

Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, satu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.
Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung pada sifat subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film yang digunakan.

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Gambaran
1.Pengaruh Milliampere (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan penurunan mA akan mengurangi intensitas. Sehingga semua intensitas sinar-x atau derajat terang/brightness akan bertambah sesuai dengan peningkatan intensitas radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu, derajat terang dapat diatur dengan mengubah mA. Perlu juga dipahami bahwa intensitas sinar-x yang bervariasi akan terus membawa hubungan yang sama antara satu dengan yang lainnya.

2. Pengaruh Jarak
Sekali lagi, intensitas sinar-x dari suatu pola bisa diatur menjadi sama dengan cara merubah semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan, tapi dengan menggerakkan tabung mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi intensitas gambaran.

Hal ini dapat dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana. Tanpa penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas bercetak. Anda akan melihat bahwa semakin dekat cahaya ke buku, makin terang halaman itu terkena cahaya. Hal yang sama juga berlaku pada sinar-x: pada saat jarak objek ke sumber radiasi dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat; pada saat jaraknya ditambah intensitas radiasi pada objek berkurang. Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x dan cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar.

Perubahan jarak hampir sama dengan perubahan mA dalam hal efeknya terhadap semua intensitas gambaran. Terhadap banyaknya perubahan intensitas gambaran keseluruhan bila mA atau jarak diubah adalah merupakan suatu kaidah hitungan aritmetika sederhana.

3. Pengaruh Kilovolt (kV)
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama, perubahan kV menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar-x dan juga total intensitas berkas sinar-x akan berubah. Hal ini terjadi dengan tanpa perubahan pada arus tabung.


Kesimpulan
Intensitas keseluruhan dari satu gambaran dipengaruhi oleh tiga faktor, mA, jarak dan kV. Bila mA atau jarak digunakan sebagai faktor pengontrol intensitas maka perubahan kontras subyek (bahan) tidak terjadi. Tetapi bila kV digunakan sebagai faktor pengontrol intensitas maka terjadinya perubahan kontras subyek selalu muncul dalam hubungannya dengan perubahan intensitas.(C)
http://puskaradim.blogspot.com/2008/01/berkas-sinar-x-dan-pembentukan-gambar.html


Pendahuluan
Radiologi merupakan salah satu unit penunjang medis yang berfungsi sebagai alat penegak diagnosis berbagai jenis penyakit, termasuk gigi geligi yang dapat ditinjau melalui pemeriksaan radiografi dental. Pada pemeriksaan radiografi gigi geligi peran pasien sangat berpengaruh terhadap hasil gambaran yang akan didapat, karena pasien diminta untuk memegang film dental dan menekannya sehingga posisi film dental menempel pada gigi dan gusi yang akan diperiksa. Dengan teknik pemeriksaan seperti ini akan terjadi kemungkinan untuk bergesernya posisi film dental dan mengakibatkan hasil gambaran yang tidak dapat dipakai sebagai alat penunjang diagnosis, sehingga terjadilah pengulangan. Selain itu juga ada beberapa kendala yang dapat menambah resiko pengulangan, seperti pada pasien yang hipersensitif, radang pada gusi (ginggivitis) atau pada pasien yang bentuk anatomi giginya abnormal. Oleh sebab itu radiografer dituntut untuk menambah bersikap inovatif dalam memilih teknik yang dapat memudahkan pemeriksaan dan pasienpun menjadi nyaman saat dilakukannya pemeriksaan.
Pada umumnya pemeriksaan dental, khususnya insisivus atas dilakukan dengan teknik pasien memegang dan menekan salah satu sisi film dental disekitar gigi dan gusi insisivus yang akan diperiksa dengan bantuan ibu jari pasien. Penulis melakukan inovasi dengan cara meletakkan film dental diselipkan diantara insisivus atas dan bawah atau dengan kata lain film digigit, sehingga pasien tidak perlu untuk memegang dan menekan film dental dengan ibu jarinya.

2. Metode 
Untuk mendapatkan hasil penelitian ini diperlukan dengan beberapa kriteia, yaitu:
a. Alat dan Bahan
- Film dental ukuran 3 x 4 cm.
- Larutan develover dan fixer dalam wadah yang berukuran kecil
- Pesawat radiografi gigi.
b. Cara Kerja
Pelaksanaan yang pertama dengan teknik pasien menekan film dental pada daerah gigi dan gusi yang akan diperiksa, dan yang kedua dengan cara menyelipkan fim dental diantara gigi insisivus atas dan bawah atau film digigit. 


Pertama, pasien diposisikan duduk di kursi pemeriksaan dengan kepala menghadap tabung sinar-x, kepala pasien diatur sedikit fleksi sehingga garis khayal yang ditarik dari achantion ke MAE sejajar dengan lantai, film dental dimasukan ke dalam mulut pasien dengan sisi non timbal menghadap tube. Setelah itu dilakukan cara yaitu peletakan film diselipkan diantara gigi insisivus atas dan bawah atau film digigit pasien dan kemudian cara kedua yaitu peletakkan film dental menempel pada daerah gigi dan gusi dengan bantuan ibu jari pasien. Center ray (pusat sinar) diarahkan vertical angulasi, center point (titik sinar) nya sama yaitu 600 caudali pada tip of nose, dengan faktor eksposi 50 kV ; 7,7 mA ; 1 secon. Setelah selesai pemeriksaan, kedua film dibawa ke kamar gelap untuk diproses.


c. Penilaian
Dilakukan survey gambar hasil kepada dua puluh dokter gigi terhadap delapan foto hasil gambaran dari dua teknik peletakkan film yang berbeda. Parameter numerik penilaian yaitu apabila kriterianya mencakup baik mendapat nilai 75, cukup akan dinilai 50 dan apabila kurang mendapat 25. sebagai evaluasi kriteria penilaian adalah kriteria evaluasi radiografi gigi yaitu corona, corpus, radiks dan pulpa dentis pada dental insisivus atas.

3. Pembahasan 
Dari hasil kuisioner pada 20 orang dokter gigi terhadap masing-masing 8 buah hasil foto dental. Pada film digigit menghasilkan nilai 68,44% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 69,70%. Sehingga evalusi pada aspek daerah corona didapatkan hasil sedikit lebih bagus dengan cara film ditempel.
Pada evaluasi daerah corpus, pada film digigit menghasilkan nilai 65,31% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 61,89%, sehingga hasil corpus yang didapatkan lebih bagus dengan cara film digigit.
Tentang daerah evaluasi radix didapatkan kesimpulan, pada film digigit menghasilkan nilai 66,25% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 65,31%, sehingga hasil radix yang didapatkan sedikit lebih bagus dengan cara film digigit.
Kriteria evaluasi akhir dari gigi yaitu daerah pulpa dentis didapatkan pada film digigit menghasilkan nilai 63,75% dan pada film ditempel menghasilkan nilai 65,63%, sehingga untuk kriteria ini hasil pulpa yang didapatkan lebih bagus dengan cara film ditempel. 


Dengan demikian berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa hasil foto yang digigit menunjukkan nilai persentasi yang relatif sama dengan hasil foto yang ditempel. Hal ini menunjukkan bahwa hasil foto yang digigit (metode baru) menghasilkan tingkat diagnosis yang relatif sama dengan yang ditempel (metode sekarang). Dengan mengingat dari segi kenyamanan pasien, pasien lebih merasa nyaman dengan menggunakan teknik film digigit dibandingkan dengan menggunakan film ditempel. 
Oleh sebab itu teknik peletakkan film dental dengan cara film digigit dapat juga dijadikan sebagai teknik alternatif oleh petugas radiologi didalam melakukan pemeriksaan dental insisivus atas khususnya untuk menghadapi paien yang hipersensitif dan kurang kooperatif.

4. Penutup
Terdapat beberapa kesimpulan dari metode baru yang telah dilakukan bila dibandingkan dengan metode sekarang untuk pemeriksaan insisivus atas, yaitu: Hasil gambaran dengan metode baru dapat dipakai sebagai alternatif penatalaksanaan pasien dalam pemeriksaan gigi insisivus atas.
Pada pemeriksaan dengan metode baru, pasien merasa lebih nyaman dengan menggunakan teknik peletakkan film dental dengan cara digigit antara gigi insisivus atas dan insisivus bawah dibandingkan dengan cara lama dengan pasien harus menekan film dental dengan ibu jarinya.
Dengan melihat hasil keseluruhan dari penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan agar teknik peletakkan film dental dengan cara film digigit diantara gigi insisivus atas dan insisivus bawah ini dapat dijadikan teknik alternatif untuk melakukan pemeriksaan dental insisivus atas. Apalagi bila dilihat dari segi kemudahan dan kenyamanan pasien, khususnya bagi pasien yang kurang kooperatif. Dengan demikian diharapkan pemeriksaan tidak sering diulang dan tanpa harus mengurang kualitas hasil gambaran.
1. http://puskaradim.blogspot.com/2007/11/teknik-radiografi-gigi.html